Wednesday, June 21, 2017

Mukhtar Pakpahan: Radikalisme di Kampus kerena Sila ke-5 Pancasila Tak Urgen Dibahas


MALANGTODAY.NET – Nasionalis yang sejati, yang nasionalismenya itu bukan timbul semata-mata suatu copy atau tiruan dari nasionalisme barat akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan.

Ucapan sakti Bung Karno ini, setidaknya menjadi refleksi kritis bagi kita tentang nasionalisme Indonesia saat ini. Mulai dari isu PKI, ISIS, kelompok separatis, hingga tendensi perpecahan saat Pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu menjadi cermin untuk berkaca terkait nasionalisme kita.

Melihat potensi terbesar memudarnya nasionalisme dikalangan muda khususnya mahasiswa, Menristekdikti Mohammad Natsir menghimbau kepada organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung (GMNI, GMKI, HMI, PMKRI dan PMII) untuk menciptakan keseimbangan di dalam kehidupan mahasiswa khususnya dalam hal nasionalisme dan daya saing global.

Menanggapi akan himbauan tersebut, kepada menteri kelompok cipayung menjelaskan bahwa telah ada sistem pengkaderan yang dilaksanakan oleh mereka dan di dalamnya juga ditanamkan nilai-nilai nasionalisme dan toleransi.

Namun yang disayangkan adalah adanya kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) akhirnya membungkam gerak mereka di wilayah kampus.

“Ruang kampus saat ini dimonopoli oleh kelompok tertentu (fundamentalis). Ini menjadi ancaman di tahun-tahun yang akan datang, salah satunya adalah deklarasi khilafah di IPB”, ujar salah satu kelompok cipayung, HMI saat mengahadiri diskusi bersama Menristek di Kantornya, Selasa (20/06/2017).

Prof Mukhtar Pakpahan dalam materinya menjelaskan bahwa munculnya kelompok radikalisme dikehidupan kampus karena kurangnya pemahaman akan pancasila. “Munculnya ideologi radikalisme di kampus karena sila ke-5 pancasila dianggap tidak terlalu urgen untuk dibahas”, ujarnya.

Sehingga untuk mengantisipasi akan terjadinya perluasan radikalisme di dunia universitas, Mukhtar menjelaskan bahwa kampus harus menyeimbangkan penbangunan intelektual, sosial, emosianal dan spiritual dengan memperkuat kemampuan komunikasi antar golongan (agama) yang ada.

Selain itu anggota kelompok cipayung lainnya seperti GMKI, melalui ketua umumnya, Sahat Sinurat menjelaskan bahwa hal yang terpenting saat ini bukan kecerdasan nilai yang diukur oleh IPK melainkan kecerdasan sosial.

“Penelitian di Amerika menunjukan bahwa IPK adalah poin ke-17 dari kriteria seorang mahasiswa menjadi juara. Kriteria paling pertama adalah kecerdasan sosial dan manajarial, layaknya yang dilakukan oleh cipayung”, Ujar Sahat.

The post Mukhtar Pakpahan: Radikalisme di Kampus kerena Sila ke-5 Pancasila Tak Urgen Dibahas appeared first on MalangTODAY.

http://ift.tt/2rCkqSm

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment