
MALANGTODAY.NET – Berbicara mengenai proses proklamasi kemerdekaan niscaya tidak mungkin memungkiri peran Sukarni Kartodiwirjo. Bung Karni inilah aktor di balik Peristiwa Rengasdengklok yang dikenal sebagai “misteri penculikan” Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, dan dimitoskan sebagai upaya kaoem moeda memaksa kaoem toea agar segera memproklamasikan kemerdekaan RI, atas inisiatif bangsa sendiri tanpa menunggu hadiah kemerdekaan dari Jepang.
Embrio kepahlawanan Bung Karni sebagaimana tercuplik dari buku “Sukarni & Actie Rengasdengklok” karya putri bungsunya Emilia Ragilawati Sukarni, rupanya berasal dari seorang perdikan pengikut setia Pangeran Diponegoro yang bernama Onggomerto. Sejak usia empatbelas tahun, Karni sudah berurusan dengan dinas rahasia polisi kolonial yaitu PID. Bung Karni pernah merasakan dipenjara Belanda. Bahkan pasca kemerdekaan, karena beda pandangan politik dia juga sempat dijebloskan ke penjara.
Dalam halaman 111 dari buku setebal 427 halaman, Emilia menulis bagaimana pernyataan tegas Bung Karni saat mendesak para pemimpin terutama Soekarno dan Hatta agar segera menyatakan kemerdekaan. Karena pemuda saat itu menginginkan kemerdekaan dari kita, untuk kita dan oleh kita. Bukan hadiah Jepang “Kenapa Bung Karno dan Bung Hatta yang dipilih, karena waktu itu Bung Karni sudah mengidentifikasi tokoh mana yang separuh Jepang, dan tokoh mana yang separuh Belanda,” jelas Emilia dalam buku itu.
Adalah Sukarni yang membuat proklamator kemerdekaan Indonesia hanya dua orang, Soekarno Hatta. Sukarni saat itu menolak nama dia dituliskan seperti usulan Bung Hatta, agar semua yang hadir di rumah Laksamana Maeda ikut dituliskan namanya dan menandatangani Proklamasi sebagai wakil-wakil Bangsa Indonesia. “Tidak. Kamiu tidak mau para Kolaborator Jepang (anggota BPUPKI dan PPKI ) itu ikut menandatangani sebagai wakil-wakil Bangsa Indonesia. Kami hanya percaya Bung Karno dan Bung Hatta. Cukup (naskah proklamasi) itu ditandatangani oleh bung berdua, sebagai Dwitunggal atas nama Bangsa Indoneia,” sergah Bung Karni pada 16 Agustus malam itu. Bermula dari situ juga kemudian istilah Dwitunggal Sukarno Hatta menjadi populer se-dunia.
Saat perumusan teks proklamasi, para pemuda sengaja dikerahkan Sukarni hadir sebagai aksi guna menekan kemungkinan pihak lain yang akan mengambil keuntungan di air keruh tersebut. “Perlu diingat, yang meminta dimajukan seminggu jadi pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah Bung Karni. Beliau menolak Proklamasi dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 1945,” ungkap Emilia.
Pasca kemerdekaan Bung karni dan Tan Malaka sempat dijebloskan ke penjara karena terlibat kegiatan Persatuan Perjuangan (PP) yang waktu itu mampu mempersatukan 141 partai politik dan ormas. Hal itu dinilai sebagai ancaman riel tersendiri bagi kabinet PM Sutan Sjahrir, dan menganggapnya sebagai “kudeta”. Sebebas dari penjara kedua tokoh itu pada 7 November 1948 akhirnya mendirikan Partai Murba. Bung Karni pun ditunjuk Tan Malaka sebagai ketua Murba. Saat Agresi Militer ke II Belanda, Bung Karni juga aktif bergerilya hingga ke hutan di Yogyakarta karena dia memang salah satu tokoh ekstremis yang dibenci Belanda.
Tahun 1960 Soekarno mengangkat Bung Karni menjadi duta besar untuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Mongolia. Berkat posisi kunci itu, terbentuklah poros Jakarta-Peking yang kala itu digunakan untuk menggalang bantuan dana bagi pembebasan Irian Barat. Namun rencana Soekarno dalam penggunaan dana itu berubah. Laporan The International Institute for Strategic Studies (IISS) menyebut Bung karno mengubah arah penggunaan dana yang didapat dari China itu untuk pembuatan nuklir. Sehingga tahun 1964 Chen Yi menawarkan bantuan kepada Indonesia senilai USD50juta dengan USD10Juta berupa uang tunai, Ini jauh berbeda dari tawaran Amerika yang hanya mau memberikan USD2juta. Terkait dengan tawaran Chen Yi itu,. posisi Bung Karni sebagai duta besar pun mendadak digantikan oleh Djawoto. Karena sosok Sukarni di peran strategis penentu kemulusan poros langsung Jakarta –Peking dinilai Bung Karno bisa berpotensi menggagalkan bantuan RRT ke Indonesia. “Sebagai sosok yang tahu seluk beluk aliran dana, serta dapat menahan aliran dana tersebut, Bung karni akhirnya dibungkam dan dipenjarakan,” kata Emilia
The post Pahlawan yang Terlupakan: Sukarni Kartodiwirjo “Pemuda Di balik Proklamasi” appeared first on MalangToday.
http://malangtoday.net/nasional/pahlawan-yang-terlupakan-sukarni-kartodiwirjo-pemuda-di-balik-proklamasi/
0 comments:
Post a Comment