Friday, June 9, 2017

Derita Nasib Para Petani di Negara yang Berjuluk Agraris


MALANGTODAY.NET – Julukan Negara Agraris yang tersemat di Indonesia adalah kebanggaan negeri ini. Kita baru sadar bahan pangan kita semua ternyata sebagian besar impor. Kartel-kartel tumbuh dengan subur. Penikmatnya adalah oligharki.

Begitu besar potensi SDA dan SDM sektor pertanian yang dari dulu hingga sekarang tidak pernah dibenahi secara progresif. Bisnis model di usaha masyarakat petani menjadi kritikal analisa.

Normatif produksi selalu saja dipakai sebagai keberhasilan dalam mengukur kebijakan tanpa mengindahkan kesejahteraan petani itu sendiri. 25 tahun yang lalu  bisnis model usaha tani hanya diperlukan 25-30 % dari hasil nilai produksi akan tetapi sekarang mencapai 75-80%.

Begitu resikonya usaha tani kita, belum lagi apabila terjadi perubahan cuaca atau serangan hama penyakit. Akhirnya Semua biaya produksi tidak akan bisa kembali seperti terjadi “Puso”.

Ditambah lagi apabila dibandingkan dengan upah buruh mengacu UMK/UMR pendapatan petani kepemilikan 1 hektar sudah lebih kecil. Petani padi dengan luasan 1 ha memproduksi 8 ton hanya mendapatkan keuntungan antara 5-7 juta rupiah,  apabila diukur dengan pendapatan tiap bulan hanya berkisar 1 jutaan rupiah. Dan menurut data statistik kepemilikan tanah petani sekarang tidak lebih dari 0,15 ha.

Saat ini petani dengan kepemilikan 1 ha bukan lagi menjadi harapan untuk kehidupan melainkan menjadi sampingan pendapatan. Boleh dikata itulah proses evolusi kemelaratan yang terjadi di petani kita. Tanpa sadar ataukah tuli ataukah lupa bahwa suatu negara itu akan berdiri kokoh apabila sumber sumber pangan diciptakan menjadi SWASEMBADA.

Semoga negeri ini berpikir lebih sederhana sebagai suatu keluarga rumah tangga yang mampu mencukupi kebutuhan makannya, bukan berarti mempunyai segalanya tetapi tidak mampu untuk makan keseharian.

The post Derita Nasib Para Petani di Negara yang Berjuluk Agraris appeared first on MalangTODAY.

http://ift.tt/2sofjcd

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment