
MALANGTODAY.NET – Aliansi mahasiswa dan masyarakat Malang yang tergabung dalam Front Persatuan Rakyat dan Mahasiswa Anti Militerisme melakukan long march dari Stadion Gajayana hingga Balai Kota Malang.
Aksi tersebut atas penembakan satuan Brigade Mobil (Brimob) pada 1 Agustus lalu ke warga sipil di Kampung Oneibo, Tigi Selatan, Deiyai Papua yang menewaskan satu orang meninggal dan belasan luka parah.
Masa aksi yang berjumlah kurang lebih 30 orang ini dengan tegas menolak dan mengutuk keras kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh aparat militer Indonesia terhadap rakyat Papua di Deiyai dan daerah Papua lainnya.
Juru Bicara Front Persatuan Rakyat dan Mahasiswa Anti Militerisme (FPRMAM), Yustus saat ditemui MalangTODAY menyampaikan bahwa aksi yang dilakukan oleh mereka merupakan suatu langkah untuk menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa telah terjadi kejahatan kemanusiaan yang telah terjadi di Papua.
“Tidak ada tujuan lain, tujuan kami hanya ingin masyarakat dan pemeritah Indonesia itu sadar, bahwa di Papua telah terjadi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh militer,” tuturnya dengan nada tegas.
Ada beberapa tuntan yang dilayangkan oleh FPRMAM baik kepada pemerintah maupun kepada PBB. Setidaknya ada sekitar 8 tuntutan yang menurutnya perlu untuk dipersatukan oleh pemerintah. Salah satunya adalah mengenai tuntutan pertanggung jawaban pemerintah atas tragedi kemanusiaan di Deiyai Papua.
“Selain pemerinta harus tanggung jawab soal kasus (penembakan) ini, pelakunya harus ditangkap dan diadili karena telah menghilangkan nyawa manusia,” ujarnya seraya melanjutkan “mana katanya Indonesia negara yang menegakan HAM, kok kasus HAM di Papua tidak diproses”
Tuntutan lainnya adalah menolak rencana pembangunan pangkalan militer TNI AU dan Mako Brimob Yahukimo, serta pangkalan militer TNI AU lainnya seperti pangkalan tipe C di Wamena Jayawijaya.
“Kami menolak dilakukannya pembangunan pangkalan militer di Papua, (bila itu terjadi) masyarakat Papua semakin diperlakukan semena-mena dan berbau militeristik dan kejahatan kemanusiaan akan terus meningkat di Papua,” pungkasnya. “Tarik militer organik dan non organik dari tanah Papua timpalnya lagi.
Sebagai informasi, kasus penembakan yang dilakukan di Deiyai Papua berawal pada pukul 16.30 WIB ketika warga berupaya untuk menyelamatkan Ravianus Douw (24) yang tenggelam di kali Oneibo. Karena jarak rumah sakit yang jauh, warga meminta bantuan kepada karyawan perusahaan PT. Dewa Kresna namun tidak ada yang seorang pun yang bersedia membantu.
Tahu bahwa PT. Dewa Kresna tak bersedia membantu, salah seorang warga akhirnya berlari meminta bantuan ke desa Wagete yang jaraknya 9-10 KM. Setelah menunggu lama akhirnya jemputan mobil pun tiba, dan korban dibawa ke rumah sakit. Karena pertolongan yang diberikan sangat lama akhirnya nyawa korban tak dapat diselamatkan. (Sem/end)
The post FPRMAM Gelar Aksi Kutuk Kejahatan Kemanusian di Papua appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2unUWcR
0 comments:
Post a Comment