
MALANGTODAY.NET – Gula impor yang saat ini banyak beredar di pasaran dirasa kian menambah penderitaan petani tebu di Kabupaten Malang.
Ketua DPD Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) wilayah kerja PG Kebonagung, Dwi Irianto mengatakan bahwa selama ini petani tebu sudah menderita dengan adanya Pajak Penambahan Nilai (PPN) 10 bersen dan HET (Harga Eceran Tertinggi) sebesar 12.500 rupiah.
“Peredaran gula kristal putih impor ini membanjiri pasar-pasar konsumsi sehingga gula kita tidak laku,” ujar Dwi, Kamis (24/8).
Ia juga menyangkal isu yang mengatakan bahwa selama ini gula hasil petani tebu di Kabupaten Malang atau petani tebu lokal memiliki kualitas yang jelek dibanding gula impor.
“Suruh membuktikan, kalau ada isu yang bilang gula petani itu jelek, petani tidak punya pabrik gula, yang punya pabrik gula ini pemerintah. Petani hanya punya tebu digilingkan ke pabrik, di pabrik ada SNI, jadi kalau ada isu gula petani itu jelek, itu merupakan suatu isu yang dikembangkan agar gula petani tidak laku sehingga impor ini bisa jalan terus,” tegasnya.
Hingga saat ini tercatat kebutuhan gula nasional mencapai 2,7 ton, namun industri gula nasional hanya mampu memproduksi sebesar 2,4 ton. Sehingga ansumsi kekurangan hanyalah sedikit atau sekitar 300 ton, tetapi pemerintah melakukan impor gula sebesar kurang lebih 1,6 ton dan hal tersebut yang banyak dikeluhkan petani tebu lokal.
“Kami hanya ingin menunjukkan kepada pemerintah bahwa kami petani tebu kesusahan dan meminta agar pemerintah segera mengambil kebijakan,” pungkasnya. (Mas/end)
The post Gula Impor Bikin Petani Tebu Tambah Menderita appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2g7UnBv
0 comments:
Post a Comment