Monday, January 2, 2017

Jangan Lihat Kelaminku Sampai wo(W)man, Kisah Hidup seorang Merlyn


MALANGTODAY.NET – Terlahir dengan fisik laki-laki dan hati perempuan, tentu bukanlah pengalaman yang mudah. Tak sedikit, orang yang merasa terjebak dengan situasi itu. Bahkan, beberapa diantara mereka sempat hendak mengakhiri hidup.

Bukan tanpa alasan, tapi memang pada dasarnya, manusia memiliki roda kehidupan yang selalu membuat mereka sangat mungkin merasakan yang namanya putus asa.

Jika kita ingat, 24 tahun yang lalu Malang memiliki ikon transgender yang sontak membuat mata publik melek. Dia adalah Merlyn Sopjan, yang saat ini sudah banyak dikenal masyarakat kancah nasional hingga internasional. Sebelum meraih kesuksesananya itu, Merlyn ternyata adalah satu dari nama yang juga sempat memiliki pikiran picik, mengakhiri hidupnya dengan meminum obat nyamuk.

“Saya melakukan itu, ketika berusia 17 tahun. Betapa waktu itu, saya benar-benar merasa tertekan. Tapi bersyukur, Tuhan mencegah saya, karena obat nyamuk yang hendak saya teguk bukan cairan, tapi gas semprot,” ceritanya dalam acara bedah buku, Pesta Malang Sejuta Buku.

Ketika memutuskan menyandang nama Merlyn, dia tak sekalipun menanggalkan nama lahirnya, Ario Pamungkas. Sejak saat itu juga, ia melakukan banyak pergerakan melalui organisasi yang dipimpinnya, Iwama. Berbagai penghargaan pun berhasil ia raih sesaat setelah ia melewati berjuta perjuangan. Mulai dari cacian dan stigma negatif dari masyarakat, lolos ia lalui.

Tak sekedar menunjukkan potensinya berlenggak-lenggok di atas catwolk, dia juga berhasil menjadi penulis dalam kancah nasional. Tahun 2005, ia menerbitkan buku perdananya berjudul Jangan Lihat Kelaminku, dan berlanjut pada buku keduanya, Wanita Tanpa V yang terbit satu tahun kemudian.

Kini, setelah 10 tahun lamanya, ia kembali menyapa penggemarnya dengan satu tulisan terbarunya berjudul wo(W)man. Berbeda dengan buku pertama dan ke dua, bukunya ini menceritakan kehidupan masyarakat secara global.

Karena jika dulu ia lebih banyak menceritakan kisahnya secara pribadi, dan sempat dikenal sebagai spesialis penulis buku transgender, kini ia mulai melepas status itu dengan buku yang mengupas banyak kehidupan secara dewasa.

Bungsu empat saudara ini bercerita, jarak yang lama dari peluncuran buku ke dua dan ketiganya ini memang bukan tanpa alasan. Karena selain kesibukan yang padat, menurutnya ini memang sudah suratan Tuhan.

“Karena Tuhan baru mengizinkan saya menerbitkan sekarang,” paparnya.

Buku dengan tebal 65 halaman ini menyuguhkan 13 cerita yang sebelumnya ia himpun dari berbagai pengalaman hidup banyak orang. Sejak ia masih berdomisili di Malang, sampai saat ini ia menjadi aktivis yang fokus di Ibu Kota, Jakarta.

Selain menyuguhkan berbagai cerita menarik dalam buku teranyarnya itu, ternyata ada begitu banyak kisah menarik dibalik proses penulisan buku tersebut. Karena ternyata, ia menulis begitu saja tanpa menggunakan schedule tertentu.

“Apalagi saya ini orangnya gaptek, dan tidak memiliki laptop sampai sekarang. Jadi sejak menulis buku pertama saya menggunakan komputer warnet, sekarang saya memanfaatkan laptop kantor,” ceritanya seru.

Perjuangannya menulis buku, hingga menjadi sosok seperti sekarang menurutnya bukan hal yang mudah, tapi juga bukan sesuatu yang patut dikeluhkan. Sehingga, ia terus berupaya dan bersyukur untuk meraih apa yang menurutnya patut diperjuangkan. Jadi buat kalian yang penasaran, bisa langsung cuss cari bukunya sebelum kehabisan…

The post Jangan Lihat Kelaminku Sampai wo(W)man, Kisah Hidup seorang Merlyn appeared first on MalangTODAY.

http://ift.tt/2irZiN1

0 comments:

Post a Comment