Sunday, July 29, 2018

Berdampingan Namun Terabaikan, Fauna di Negeri Fana


Endra Kurniawan

MALANGTODAY.NET– Apakah manusia berasal dari hasil evolusi? Apakah teori darwin benar adanya. Ataukah memang manusia, adalah keturunan Adam dan tulang rusuknya yang diusir dari surga.

Terserah bagaimana kita mempercayainya, tapi apakah pernah kita bertanya pada diri kita. Manakah yang lebih dulu ada, antara manusia dan para fauna. Tidak tahu juga, namun bila kita percaya asal mula manusia berasal dari surga. Berarti kita juga tahu, bahwa ularlah penyebabnya.

Baca Juga: elain Arapaima, Ini 5 Ikan Air Tawar yang Ganas dan Mematikan!

Tidak sepenuhnya ular, ular diceritakan melalui kepercayaan apapun sebagai representasi dari iblis yang mengahsut adam dan hawa untuk memakan buah terlarang. Secara sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa ular lebih dulu ada, karena rupanya yang ditiru iblis untuk menghasut adam dan hawa. Juga mengukuhkan setidaknya bahwa fauna ada lebih dulu daripada manusia.

Tetapi seiring semakin rakusnya manusia akan kuasa bumi di alam ini, menjadikan posisi fauna hanya menjadi korban ketamakan manusia. Fauna yang hanya mengerti untuk bertahan hidup seperti layaknya semua mahluk hidup, tidak memiliki kuasa atas kehidupannya.

Jumlah mereka semakin berkurang, dengan juga berkurangnya biotop alami mereka. Entah karena sebab alami, atau karena sebab manusiawi.  Khususnya mereka yang hidup di bumi pertiwi, tempat dimana banyaknya keragaman hayati.

Baca Juga: Satwa Buas Masuk ke Perkampungan, Salah Siapa?

Melihat bagaimana bangsa kita memperlakukan fauna, memang tidak bisa diapresiasi. Karena kelalaian kita dan ketamakan kita untuk saling berbagi, berbagi kepada sesama penghuni bumi. Bukan jenis kita, tapi mereka yang hanya berakal sesuai kebutuhannya.

Mengutip kalimat Gandhi “The greatness of a nation can be judged by the way its animals are treated” yang berarti kurang lebih, “Kehebatan suatu bangsa dapat dinilai dari bagaimana mereka berperilaku terhadap binatang”. Jika kita berpegang pada kalimat itu, apakah kita bisa dikatakan bangsa yang hebat? Mungkin kita harus setuju, kalau bangsa kita sangat kurang memperhatikan para binatang atau fauna.

Berapa banyak gading yang hilang dari para gajah? Berapa banyak loreng yang hilang dari harimau? Berapa banyak orangutan yang kehilangan tempat berayun? Tidak terhitung mungkin.

Sejauh mana andil kita, sebagai manusia dalam mempertahankan kehidupan mereka. Adanya peraturan, adanya perlindungan, namun tidak ada artinya jika penegakannya tidak dibarengi dengan sadarnya akan kehidupan berdampingan dan saling mentoleransi.

Baca Juga: Stray Cat Defender Malang Cegah Animal Abuse dengan Sterilkan si Manis

Kita sadar, kita tidak buta untuk melihat. Kita sadar, tidak tuli untuk mendengar. Kita sadar, untuk tidak bisu dalam berbicara. Bukankah kita tahu, bahwa sesungguh tidak adil. Kalau mereka harus kehilangan hak mereka, karena ketamakan kita akan kuasa.

Tanpa adanya edukasi, sungguh percuma regulasi. Sebuah regulasi, juga percuma tanpa aksi. Karena aksi tak akan berarti, jika hanya sebuah hipokrisi.


Karet Bungkus: Asnan Affandi
Penulis : Asnan Affandi
Editor: Endra Kurniwan
Graphic: Nanda Tri Pamungkas

The post Berdampingan Namun Terabaikan, Fauna di Negeri Fana appeared first on MalangTODAY.

https://ift.tt/2vdY2lm

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment