Sunday, April 1, 2018

Lebih Dekat dengan Topan, Pelawak Legendaris Asli Arema


Dhimas Fikri

MALANGTODAY.NET – Nama aslinya Topan Muhammad Sugianto, tapi orang-orang lebih familiar hanya menyebut Topan. Ia merupakan pelawak legendaris Indonesia asli Arema. Topan juga sangat lekat bersama sang adik, (alm) Leysus. Keduanya, tidak bisa dipungkiri, telah membawa warna sendiri dalam dunia lawak Tanah Air.

Kepada MalangTODAY, Topan berbagi kisahnya. Ditemui di sela-sela sebuah acara beberapa waktu lalu, Rabu (28/3), Topan berkisah awal perjalanan karirnya menjadi seorang pelawak.

Baca Juga: Yuk, Tebak Kepribadianmu dengan Memilih Salah Satu Gambar Matahari Ini

“Jadi, aku iku wong aneh (saya itu orang aneh, red), waktu itu tidak jadi orang yang sukses, saya fikir itu, karena saya berfikir bersifat mengalir saja. Ayo, aku bekerja terus, berkarya terus ndak punya sampai kapan ndak punya pingin sukses, ndak mikir itu. Awalnya yang mengenalkan saya dengan seni ini mas Tarzan, mas Tarzan sudah pemain, terus saya sering diajak ke panggung,” kata Topan.

Pada saat itu, Tarzan mengenalkan Topan pada seni ludruk, namun Topan kemudian memilih untuk mendalami seni ketoprak. Topan memulai belajar seni ketoprak dari desa ke desa sebelum akhirnya tergabung dalam paguyuban seni ketoprak Siswo Budoyo yang sudah dikenal masyarakat Jawa Timur.

“Alhamdulillah, koyok pemain bal-balan (seperti pemain sepakbola, red), tarkam dulu terus diambil kelas semi-profesional akhirnya di profesional di Siswo Budoyo itu,” sambung pria yang akan genap berusia 62 tahun pada 12 April nanti itu.

Baca Juga: IMF Akan Gelar ‘Wrockshow’ Bagi Para Musisi Kota Malang

Jika tahun 1976 Topan masih belajar mempelajari dunia seni, maka di tahun 1978 ia sudah memantapkan diri menekuni dunianya. Meskipun, Topan mengatakan, banyak pahit yang dirasakan saat ia memulai karirnya.

“Yowis gak mangan gak opo wong pancene (ya sudah tidak makan tidak apa memang begitu, red), waktu itu makannya seniman itu tergantung penonton, penonton rame ya mangan’e emboh (makannya tambah, red), kalau tidak ya jualan apa-apa,” jelasnya.

Topan juga mengungkapkan pada awal perjalanan karirnya, lebih banyak pahit daripada manisnya.

“Memang, mangan karo luwene iki akeh luwene (makan sama laparnya ini banyak laparnya, red), aku tidak mengingkari nikmat Allah, kalau sudah gak bisa makan mending tak buat puasa, jadi sama-sama gak bisa makan mending kita manfaatkan ketika kita menderita. Akhirnya itu bisa menjadi koreksi diri,” terang Topan.

Baca Juga: Wow, Gadis Cantik Asal Kediri Ini Hobi Bermain Ulat Bulu!

Topan mulai sedikit menikmati manis jerih payahnya saat masuk layar kaca untuk pertama kali pada tahun 1980-an dalam acara ketoprak yang memang tayang setiap satu bulan sekali. Topan diundang sebagai bintang tamu kala itu. Bahkan, ketika Presiden Soeharto baru saja lengser dari jabatannya pada 1998, Topan kerap diundang ke Cendana untuk menghibur Soeharto.

“Begitu pak Harto lengser, saya pertama, pelawak yang di undang ke Cendana waktu itu. Yah hampir satu bulan sekali, kadang-kadang dua minggu sekali itu diundang untuk menghibur pak Harto,” ungkapnya.

Perjalanan karir Topan memang mengalami pasang-surut, puncaknya, pukulan telak terjadi saat adiknya, Leysus, meninggal dunia pada 2006 silam. Hal itu kemudian membuat Topan sedikit kehilangan arah.

Baca Juga: Saat Menunggu Dosen di Kampus, Mahasiswa Polinema Kehilangan 2 Laptop

“Sebenarnya seniman itu kan tidak ada habisnya kalau seniman itu mau berfikir dan mau berkreasi, mau berjuang. Begitu Leysus meninggal, kalau saya di Jakarta kan mungkin, seumpama wong miber iku kan swiwine gak ono (andai orang terbang itu kan sayapnya tidak ada, red) hilang satu, nah untuk hidup aku tidak harus di Jakarta, terus pulang dan bergaul dengan seniman-seniman daerah hingga akhirnya berjalan lagi,” tuturnya.

Lebih lanjut, Topan mempunyai motto hidup yang bisa membuat dirinya tetap tegar menjalani pasang-surut perjalanan  karirnya.

“Sing penting urip iku ayem, tentrem, ora nggunem, maksud’e ngeluh ae nang Gusti Allah (yang penting hidup itu tenang, tentram, tidak membicarakan orang, maksudnya mengeluh saja pada Gusti Allah, red),” terang Topan.

Baca Juga: Pedagang Pasar Gadang Sambat ke Paslon SAE

Terakhir, melihat para pelawak saat ini, Topan mengaku bahwa semua sudah ada era-nya. Topan pada era-nya dengan gaya yang khas tersendiri, begitu juga saat ini pelawak era milenial.

“Walaupun seni tradisinya hilang, tapi pelawaknya masih ada. Dengan munculnya anak muda-muda itu memang jamannya, jadi yah anak-anak yang sekarang saya anggap anak, cuma tetap bawa karakter, karakter maksud saya karakter pelawak tradisi bagaimana, soalnya saya prihatin kalau pelawak-pelawak Nasional banyak, sementara pelawak tradisi hanya ingin diketawain saja tanpa misi untuk membawa kebangkitan kesenian-kesenian tradisi,” pungkas Topan.


Reporter    : Dimas Fikri
Editor        : Dian Tri Lestari

The post Lebih Dekat dengan Topan, Pelawak Legendaris Asli Arema appeared first on MalangTODAY.

https://ift.tt/2IipCCM

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment