
MALANGTODAY.NET – Diantara kalian pasti sering berlalu lalang melewati suatu monumen, tanpa mengerti makna bahkan nama monumen tersebut. Hal tersebut menjadi perhatian Sejarawan Kota Malang, Dwi Cahyono. Menurutnya monumen di Kota Malang selama ini kurang bersifat komunikatif kepada masyarakat.
“Monumen itu tidak terlalu berbicara , karena tidak ada narasi. Saya kira kedepan perlu memikirkan untuk membuat narasi di monumen-monumen yang ada,sehingga monumen itu tidak menjadi monumen bisu,” ujar Dwi.
Baca Juga: Segara Dibuka! Yuk, Cek Formasi dan Tahap Seleksi CPNS 2018 di Sini!
“Fisiknya sudah monumen tapi fungsi kemonumenannya masih kurang optimal. Sekarang kan banyak orang yang tidak tahu sebenarnya itu monumen apa atau siapa,” tambahnya.
Perlu digaris bawahi, yang dimaksud ‘bisu’ dalam konteks ini merujuk pada monumen yang tidak memiliki narasi berupa tulisan maupun audio visual. Sehingga monumen tersebut tidak dapat secara langsung mengedukasi masyarakat saat berkunjung maupun melewati monumen tersebut.
“Karena patung tidak bisa berbicara, jadi harus dibuat bagaimana caranya bisa berbicara, misalnya melalui adanya narasi. Ya kalau ada yang memandu, kalau tidak kan orang akan bingung, harus tanya ke siapa,” ujar pria yang juga berprofesi sebagai arkeolog tersebut.
“Agar monumen lebih komunikatif kan bisa macam-macam, bisa tertulis lewat narasi atau mungkin audio yang diputar secara periodik,” tambahnya.
Salah satu monumen di Kota Malang yang menjadi sorotan Dwi Cahyono, yakni monumen Ken Dedes yang berada di jalan utama saat memasuki Kota Malang dari arah Surabaya. Tidak banyak orang yang mengetahui, bahwa peletakkan monumen Ken Dedes di Taman Ken Dedes tersebut, secara tidak sengaja berdekatan dengan lokasi situs Ken Dedes yang berada di Kelurahan Polowijen, Kota Malang.
Baca Juga: Menolak Lupa! 14 Tahun Kematian Munir & Lagu Efek Rumah Kaca
“Arca itu kan tidak ada deskripsinya, seharusnya dibuatkan narasi, misalnya Ken Dedes itu siapa. Lalu diberi petunjuk arah juga ke lokasi situsnya di Polowijen,” ucap Dwi.
“Supaya terabadikan dan setiap saat orang bisa tahu, sehingga arca itu tidak bisu dan kapanpun dapat memberikan edukasi kepada masyarakat,” pungkasnya.
Reporter : Rosita Shahnaz
Editor : Kistin Septiyani
The post Sejarawan Harap Monumen di Kota Malang Tidak ‘Bisu’ appeared first on MalangTODAY.
https://ift.tt/2NQYLAW
0 comments:
Post a Comment