
MALANGTODAY.NET – Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali membuat sebuah pernyataan yang kontroversial. Ia menyatakan bahwa dirinya ingin mengubah nama negara menjadi ‘Maharlika’. Nama tersebut diambil dari bahasa lokal yang artinya terhormat.
Duterte menyatakan bahwa nama Filipina sebenarnya menjadi jejak penjajahan Spanyol yang terjadi di negara tersebut.
“Nama Filipina diambil dari nama Raja Spanyol Philip II,” kata Duterte, dikutip dari Kompas.com, pada Selasa (12/2/2019).
ketua Senat Filipina Tito Sotto tak keberatan dengan apa yang diusulkan oleh Duterte. Namun ia mengingatkan bahwa penggantian nama negara diperlukan pula perubahan konstitusi.
“Usulan ini membutuhkan terlalu banyak perubahan,” kata Sotto.
Duterte juga pernah mengusulkan perubahan piagam negara. Ia juga menekankan agar Filipina menjadi negara federal.
Nama Maharlika sendiri sebelumnya juga pernah diusulkan oleh pemimpin terdahulu bernama Ferdinand Marcos. Ia adalah seorang penguasa yang sangat diktator di Filipina pada masa itu.
“Satu hari kelak mari kita ganti. Marcos benar. Dia ingin mengganti nama negara menjadi Maharlika, karena itu berarti ketenangan dan perdamaian,” kata Duterte di provinsi Maguindanao.
Marcos sendiri digulingkan lewat revolusi rakyat Filipina sekitar tiga dekade lalu. Marcos mengusulkan nama tersebut untuk mendorong nasionalisme masyarakat Filipina di bawah kendali Militer.
Maharlika sendiri merupakan warga yang tergabung dalam kelas kesatria. Mereka adalah golongan terhormat di kelas paling rendah. Sedangkan kini Maharlika oleh masyarakat setempat diartikan sebagai keluarga terhormat. (KIS)
The post Ketika Presiden Filipina Ingin Ubah Nama Negara appeared first on MalangTODAY.
http://bit.ly/2BwhduE
0 comments:
Post a Comment