Tuesday, January 30, 2018

Sambangi Malang, Mendikbud Curhat Ketimpangan Pendidikan Indonesia


Pipit Anggraeni

MALANGTODAY.NET – Berkunjung ke Kota Malang, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy curhat tentang ketimpangan pendidikan di Indonesia. Dia pun menyampaikan, jika masih banyak daerah tertinggal di negeri ini yang masih perlu sentuhan langsung.

“Semua daerah di Indonesia tak sama dengan Jawa Timur. Kita harus akui itu, bukan untuk merendahkan, tapi sebagai motivasi untuk memperbaiki dan mengejar ketertinggalan,” katanya, Selasa (30/1).

Permasalahan yang dihadapi pendidikan Indonesia saat ini menurutnya sangat kompleks. Diantaranya berkaitan dengan kebijakan, model pendidikan, hingga kurikulum yang digunakan.

Tak jarang, masyarakat juga memiliki pemikiran yang selalu menyeragamkan kemampuan seorang siswa, dan itu menjadi problem yang turut menjadi perhatian.

Dalam segi kebijakan misalanya, menurut Muhadjir kebijakan yang diterapkan saat ini masih memiliki celah kesalahan. Salah satunya terkait beban kerja guru, yang ia nilai sangat tidak masuk akal.

Dalam peraturan lama, menurutnya seorang guru memiliki beban kerja 24 jam selama satu minggu. Artinya, jam kerja seorang guru hanya dihitung saat dia melakukan tatap muka di dalam kelas.

Sementara jika guru tidak melakukan aktivitas mengajar di depan kelas dinyatakan tidak bekerja. Sehingga tak heran, jika selama ini banyak guru yang pulang pergi sesuai dengan jadwal mengajarnya. Guru pun memilih untuk tidak berdiam diri di sekolah.

“Guru memilih mencari jam mengajar di sekolah lain pada akhirnya. Karena mereka hanya bisa mengajar satu mata pelajaran tapi dituntut memiliki masa mengajar 24 jam selama seminggu,” urainya panjang.

Baca Juga: Mendikbud Muhadjir Effendy: ‘Tidak Ada Yang Namanya Sekolah Gratis’

Padahal, lanjut Muhadjir, saat ini Presiden Jokowi menginstruksikan agar pendidikan yang diterapkan di Indonesia adalah pendidikan berkarakter. Di mana sangat dibutuhkan peran guru untuk tetap berada di sekolah untuk memberi pendampingan pada siswanya.

Dia pun menilai, peraturan tersebut harus segera diubah. Karena dia juga menilai jika ada kesalahan dalam pembuatan peraturan tersebut. Dia pun membandingkan dengan profesi seorang dosen yang selama ini bisa mengajar lebih dari satu mata kuliah.

“Kesalahan itu dibiarkan saja sejak tahun 2009. Padahal dosen dan guru itu sangat berbeda,” jelasnya lagi.

Selain itu, lanjutnya, permasalahan lain yang dihadapi pendidikam Indonesia saat ini erat kaitannya dengan kurikulum yang digunakan. Sekarang, kurikulum cenderung diseragmkan, padahal sebuah kurikulum seharusnya diterjemahkan oleh setiap guru.

“Karena yang tahu kebutuhan siswanya adalah guru itu sendiri,” jelas Muhadjir.

The post Sambangi Malang, Mendikbud Curhat Ketimpangan Pendidikan Indonesia appeared first on MalangTODAY.

http://ift.tt/2DNJEYf

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment