
Mikroorganisme pathogen yang diketahui mampu menyebabkan komplikasi serius pada luka bakar adalah bakteri P. aeruginosa. Komplikasi serius terjadi terutama pada luka bakar dengan kategori berat yang membutuhkan waktu sangat lama dalam proses penyembuhan.
Bakteri ini memiliki mekanisme resisten bawaan terhadap antibiotik (Tamber et al., 2007; Stover et al., 2000) dengan kisaran 12-19 % (Moehario et al., 2012).
Saat ini infeksi yang disebabkan oleh bakteri masih diobati dengan antibiotik sintetis karena dianggap mampu mengatasi infeksi yang diderita. Namun, penggunaan antibiotik sintetis yang tidak tepat akan menyebabkan banyak efek samping, mendorong munculnya bakteri resisten (Moehario et al., 2012), bahkan kematian pada penderita (Micek et al., 2005). Adanya hal tersebut mendorong peneliti mengembangkan antibiotic berahan dasar alami yang minim efek samping. Bahan alami yang berusaha dikembangkan sebagai antibiotic adalah bawang putih tunggal.
Baca Juga: Ajaib, 3 Mahasiswi Cantik UM Malang Temukan Bahan Alternatif Baterai!
Bawang putih tunggal atau yang dikenal sebagai bawang lanang oleh masyarakat Jawa merupakan umbi yang memiliki berbagai manfaat dalam ilmu kesehatan. Bawang putih memiliki lebih dari 200 senyawa kimia seperti senyawa aktif (allicin, allin, dan ajoene), enzim (allinase, peroxidase, dan myosinase), karbohidrat (sukrosa dan glukosa), berbagai asam amino esensial, dan vitamin (Kavita et al., 2016).
Salima (2015) melaporkan senyawa organosulfur dalam bawang putih, seperti Allicin dan Ajoene merupakan senyawa bioaktif yang bertanggung jawab sebagai agen antibakteri.
Berdasarkan latar belakang tersebut kami berusaha menemukan konsentrasi efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa. Proses pengolahan bawang putih tunggal yang dilakukan sedikit berbeda dari peneliti terdahulu yang juga meneliti efektivitas bawang putih tunggal sebagai antibakteri.
Proses yang dilakukan dimulai dari membuat ekstrak perasan bawang putih tunggal (EPBPT), membuat sediaan gel, uji stabilitas gel, persiapan kultur, uji antibakteri, dan identifikasi kerusakan bakteri menggunakan Scanning Microscope Electron (SEM).
Baca Juga: Keren, Mahasiswa UM Manfaatkan Zeolit Alam sebagai Pembunuh Mikroba dalam Air Minum
Hasil yang diperoleh dari uji stabilitas gel menunjukkan bahwa gel dengan konsentrasi EPBTP 100 % memiliki kriteria gel yang baik, ditunjukkan dengan nilai pH 5,54 yang sesuai denganpenggunaan di kulit dan daya sebar sebesar 6,2 cm. Diketahui bahwa semakin besar daya sebar sediaan gel maka akan menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit (Mappa et al, 2013). Uji antibakteri menunjukkan bahwa sediaan tersebut mampu menghambat dan membunuh bakteri P. aeruginosa yang ditunjukkan dengan zona hambat sebesar 21 mm. Zona hambat minimal untuk kategori sensitif dan kuat berdasarkan standar kriteria CLSI adalah ≥ 15 mm hingga ≤ 20 mm. Juga berdasarkan identifikasi menggunakan SEM diketahui bahwa bakteri P. aeruginosa dengan perlakuan gel 100 % EPBPT yang awalnya berbentuk batang terlihat seperti. Hal itu dikarenakan adanya kerusakan pada membran bakteri P. aeruginosa.
Keunggulan dari penelitian ini adalah proses ekstraksi tidak memerlukan biaya yang mahal jika dibandingkan penelitian yang menggunakan ekstrak minyak atsiridari bawang putih tunggal.
Baca Juga: KKN UM Kenalkan Budidaya Gaharu Kepada Masyarakat Desa Senggreng
Keunggulan lain adalah dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya tentang pengembangan antibiotik berbahan herbal. Juga dengan adanaya penelitian ini dan efek yang sangat signifikan untuk dikembangkan menjadi obat diharapkan mampu membantu para petani bawang putih tunggal yang jumlahnya semakin hari semakin sedikit.
Penulis: Nur Fitriana & Alifa Aulia Ainayya
Editor: Swara Mardika
The post Bawang Lanang, Si Kecil Pembunuh Bakteri Paling Ampuh appeared first on MalangTODAY.
https://ift.tt/2mjOQYk
0 comments:
Post a Comment