Sunday, July 8, 2018

Cerita Penderita Cerebral Palsy Taklukan Gunung Pundak Mojokerto


Rahmat Mashudi Prayoga

MALANGTODAY.NET – Pendakian pertama di Gunung Pundak, Celaket, Mojokerto 1.560 mdpl oleh penderita Cerebral Palsy, sukes dilakukan pada Jumat (29/6) dan Sabtu (30/6).

“Bersama anak pertama yang tervonis Cerebral Palsy sejak bayi, sukses dan membahagiakan. Mungkin saja ini pendaki pertama yang berjalan, tertatih bahkan merangkak selama 4,5 jam untuk menuju puncak. Tidak mudah memang, tapi dengan semangat dan keyakinan semua bisa berhasil,” demikan cerita Kukuh.

Baca Juga: Arek Malang Kibarkan Indonesia dan Arema di Piala Dunia 2018

Keluarga  pasangan Kukuh Dwi Suseno (47 tahun) dan Ida Sugesti Rahayu (44 tahun) mempunyai anak Fajar Ainun Nugroho (18 tahun) dengan panggilan Fajar, dan Fahmi Shelby Aviantara (16 tahun).

Fajar tervonis Cerebral Palsy (CP) sejak usia 2 tahun, otot kaki lebih pendek dari tulang dan saraf kaki juga terganggu (low motorik).

“Waktu kecil pegang pensil secara normal saja susah bukan main, sehingga menggambar paling gampang pun, kerepotan meski pensil sudah digenggam dengan kuat,” lanjut sang Ayah.

Fajar pada awalnya mengenyam pendidikan di sekolah umum. Namun ditolak dan anjurkan masuk ke SLB, maka pihak keluarga memanggil guru privat utnuk datang ke rumah.

Baca Juga: Terburuk Dalam Sejarah, 51 Orang Tewas Akibat Banjir di Jepang

Tetapi dengan penuh perjuangan, akhirnya Fajar bisa diterima di sekolah umum. Meskipun ketika masih TK, ia harus digendong dan didudukkan dikursi.

Kepedulian keluarga besar ikut andil dalam membentuk karakter Fajar, sehingga dirinya tidak mudah menyerah dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, walaupun dengan kondisi yang kurang.

Pihak keluarga menceritakan bahwa rasa percaya diri Fajar terjadi ketika ia belajar bersepeda. Sepedanya terjebur ke selokan, badannya terjepit dan tidak bisa bergerak. Tapi beruntung, ada tetangga yang melihat kejadian tersebut, sehingga bisa cepat ditolong.

Kejadian itu tidak membuat takut bahkan kapok, Fajar masih tetap belajar sepeda, meskipun kakinya saja susah untuk menopang tubuh dan keseimbangan badannya.

Baca Juga: Mayat Tanpa Identitas Ditemukan Warga di Aliran Sungai Brantas Kepanjen

Cerita Penderita Cerebral Palsy Taklukan Gunung Pundak Mojokerto

“Bahkan saat masih kelas dua MTs pernah jalan kaki hampir dua kilometer untuk menjadi suppoter teman-temannya yang bertanding futsal. Jaraknya memang hanya dua kilometer bagi anak normal, tapi bagi Fajar itu perjuangan yang luar biasa,” imbuh sang Ayah.

Saat ini Fajar telah lulus dari MA Bilingual Muslimat NU Sidoarjo, dengan prestasi yang lumayan. Ia juga mudah bergaul sehingga memiliki banyak temannya.

“Pada saat kelas 2 MA, sengaja saya berikan sedikit kelonggaran untuk sesekali nongkrong di warung kopi sambil buka Wifi bahkan pulang jam 02.00 WIB pagi bersama teman-temannya. Suatu saat nilai rapot melorot jauh dibawah, saya tanya mengapa? Ia diam saja, saya tanya pengen motor? Ia geleng kepala. Lalu saya tanya, apa Fajar pingin pacaran? Baru ia menangis. Saya sadar kalau Fajar sudah mulai mengenal lawan jenisnya. Untuk memahami hal ini, juga tidak mudah dan perlu proses yang panjang,” pungkasnya.

Baca Juga: Sekda : Kemajuan Kota Malang Tak Terlepas dari Para Pejabat Pendahulunya

Saat ini, Fajar sudah bisa menjalani aktivitas rumahan, seperti mencuci, setrika baju, menyapu, menggepel dan lain sebagainya. Remaja berusia 18 tahun ini juga sedang menunggu hasil seleksi di salah satu Perguruan Tinggi jurusan Bahasa Inggris.

Dalam mendidik anaknya, Kukuh menggunakan metode kearifan khusus, yaitu dengan cara mengikutkan anaknya pada acara touring, camping, dan bakti sosial khususnya ke daerah terpencil.

“Mendidik anak dengan kondisi dan keperluan khusus memang perlu ekstra sabar, karena dari saya belajar teori dengan kenyataannya sering terbalik, yang paling disyukuri dengan kondisi Fajar tersebut saya harus belajar banyak lagi tentang kehidupan. Juga menambah kayakinan keluarga kami bahwa dari kekurangannya pasti ada kelebihan dan semua itu adalah hak dan kekuasaan Tuhan,” paparnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Koordinator Diklat Santri Tanggap Bencana SERNU Jawa Timur, Saiful Affandie.

Baca Juga: Lebih Dekat, 5 Fakta Unik Jenderal (Purn.) Moeldoko. Nomor 5 Bikin Segan!

Ia mengaku mengetahui perkembangan Fajar dari kecil, karena Kukuh merupakan mahasiswanya dulu. Remaja seperti Fajar, perlu perhatian khusus dari lingkungan sekitar dan juga pemerintah. Namun hal ini bukan berarti memanjakannya.

“Saya tahu persis perkembangan Fajar sejak kecil, memang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus itu tidak mudah. Perlu perhatian dan kasih sayang dari keluarga serta lingkungan. Terutama tetangga juga perlu mensupport dan tidak perlu mengejeknya. Kepedulian masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan tapi bukan memanjakannya lho! Pendangadaan fasilitas-fasilitas umum untuk orang berkebutuhan khusus masih sangat kurang. Ya perlu diperhatikan lagi lah oleh pemerintah. Karena pada intinya, manusia itu ya sama, banyak kekurangannya,” tutup Saiful.


Reporter: Rahmat Mashudi Prayoga
Editor: Annisa Eka Safitri

The post Cerita Penderita Cerebral Palsy Taklukan Gunung Pundak Mojokerto appeared first on MalangTODAY.

https://ift.tt/2J6Ajbs

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment