Thursday, April 11, 2019

Hamengkubuwono IX, Wapres yang Tak Diberi ‘Jatah’ Kuasa oleh Soeharto


Almira Sifak

MALANGTODAY.NET – Gusti Raden Mas Dorodjatun atau lebih dikenal dengan nama Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah Wakil Presiden RI ke-2. Pria yang lahir di Nyayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912 dan wafat di Washington DC, AS, 2 Oktober 1988 ini menjabat sebagai wapres pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Meski menduduki jabatan yang cukup penting, nyatanya Hamengkubuwono IX tidak diberi kekuasaan yang lebih oleh Soeharto. Dilansir dari Tito.id (11/3/2019), sebagai orang Jawa, Hamengkubuwono tetap tunduk dan menghormati Soeharto sebagai pemegang kuasa utama.

“Sebagai Wakil Presiden, dia menerima hanya sedikit tanggung jawab dan tanpa kekuasaan,” tulis John Monfries dalam buku A Prince of Republic (2016).

Sedikitnya porsi tanggung jawab dan kekuasaan ini membuat Hamengkubuwana IX seakan-akan tak diberi jatah oleh Soeharto. Padahal secara pengalaman pemerintahan, Hamengkubuwana IX bisa dibilang lebih unggul daripada Soeharto.

Hamengkubuwana IX memiliki track record cukup baik dalam pemerintahan. Ia telah beberapa kali menjabat sebagai menteri dan jabatan politik lainnya. Lebih lagi, ia juga menjadi Sultan Yogyakarta ke-9 (1940-1988).

Sedangkan Soeharto berlatar belakang dunia militer. Meski demikian, ia juga memiliki karir di bidang politik sebagai menteri. Berkat kecerdikannya, Soeharto pun menduduki kursi Presiden RI.

Merasakan manis pahitnya menjadi wakil Soeharto sebagai wapres membuatnya kemudian tak tahan namun tetap diam. Tak ada satu kata untuk menyakiti Soeharto selama periode jabatan tahun 1973-1978.

Usai periodenyanya sebagai wapres berakhir, Soeharto tetap berencana meminang Hamengkubuwana IX kembali. Namun, Sri Sultan sudah enggan menerimanya. Berkali-kali Soeharto meminta, Sultan tetap teguh untuk menolak.

Alasannya saat itu adalah kondisi kesehatan dan bakti kepada negara. Namun, banyak pihak yakin itu hanyalah akal-akalan saja. Mereka yakin alasan utama mundurnya adalah adanya ketidakcocokan prinsip antar keduanya.

“…itu keinginan di dalam jiwa saya untuk memberikan bakti yang lebih besar dan lebih efektif kepada bangsa dan negara. Dan semua itu hanya dapat dilaksanakan jika saya melepaskan diri dari ‘hambatan resmi’ yang melekat pada kedudukan sebagai Wakil Presiden,” kata Hamengkubuwana IX dalam buku Inilah Mati yang Paling Hidup: Sri Sultan Hamengku Buwono IX 1912-1988.

Pesan Hamengkubuwana IX kepada Putranya

Kemudian, jabatan wapres itu kemudian diisi oleh Adam Malik. Sebelum Adam Malik menerima pinangan menjadi wapres, ia sempat meminta saran kepada Hamengkubuwana IX. Namun, saran ini kemudian tidak dilakukan Adam Malik.

“Sebaiknya jangan diterima, karena Anda akan menyesal,” pesan Hamengkubuwana IX kepada Adam Malik.

Selain itu, sebelum wafat, Hamengkubuwana IX pernah berpesan kepada putranya, Hamengkubuwana X. Salah satu pesannya yaitu jadilah lebih berani untuk mengatakan mana yang benar dan salah.

“Lantas, saya bertanya mengapa ‘lebih berani?’ Lebih berani dari siapa? Beliau menjawab lebih berani dari saya (HB IX) karena selama ini saya diam karena mengalami jabatan dua periode Soekarno dan Soeharto, dan saat berbeda pendapat saya memilih diam,” ujar Hamengkubuwana X menirukan ucapan ayahnya dilansir dari Liputan6.com (13/4/2018).

“Saya sadar diam saya ternyata salah, karena dengan diam itu masyarakat tetap miskin dan bodoh,” lanjutnya kala mengingat ucapan ayahnya. (AL)

 

The post Hamengkubuwono IX, Wapres yang Tak Diberi ‘Jatah’ Kuasa oleh Soeharto appeared first on MalangTODAY.

http://bit.ly/2Ddh4x4

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment