
MALANGTODAY.NET – Di era globalisasi, penyebaran informasi semakin mudah beredar dan diterima masyarakat. Tapi sayangnya, 75 persen informasi yang beredar setiap harinya merupakan berita hoax. Sebuah informasi yang banyak membutakan dan menyesatkan masyarakat.
Direktur Executive Persatuan Wawtawan Indonesia (PWI) Pusat, R. Ahmed Kurnia Soeriwidjaja mengatakan, persebaran informasi hoax sangat mudah terjadi, karena budaya literasi bangsa Indonesia masih sangat rendah.
Terdapat kecenderungan bahwa pengguna media sosial selalu asal ikut menyebar informasi, sebelum mengetahui isi dan maksud dari informasi tersebut.
“Dalam sehari, bisa sampai tiga kali informasi hoax yang diterima oleh seseorang,” katanya saat melakukan pemaparan Seminar Menyongsong Hari Pers Nasional dengan mengusung tema Menggalakkan Etika Jurnalistik Untuk Para Netizen di Hotel Ubud and Cottages Malang, Selasa (28/11).
Menurutnya, berita hoax yang banyak beredar tersebut berkaitan dengan isu sosial politik dan isu SARA (Suku, Ras Agama dan Antargolongan).
Terlebih jelang pemilu, di mana informasi hoax banyak digunakan sebagai sebuah senjata. Sehingga netizen harus lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi.
Tak hanya jurnalis, para netizen menurutnya juga harus mengedepankan etika jurnalis. Ketika hendak menyampaikan informasi melalui media sosialnya, maka netizen juga wajib melakukan konfirmasi terlebih dulu.
“Sehingga informasi yang beredar di masyarakat tidak simpang siur. Karena bagaimana pun juga, penyebaran berita hoax akan sangat merugikan masyarakat,” paparnya lagi.
Lebih lanjut dia menjelaskan, dalam satu hari, jika di rata-rata setiap orang menggunakan gadget selama lima jam. Kebanyakan mengakses informasi yang diperoleh dari media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.
“Bahkan pengguna kartu provider di Indonesia jumlahnya lebih besar ketimbang jumlah penduduk Indonesia,” jelas Kurnia.
Sementara itu, Ketua PWI Jawa Timur, Munir menyampaikan, untuk mencari sebuah kebenaran, ada baiknya netizen dan masyarakat menjadikan media mainstream sebagai jujukan informasi.
Karena informasi yang berkaitan dengan kebenaran dan fakta memang merupakan produk jurnalis.
Menurut teori media, antara news room dengan komersial harus ada dinding api. Di mana kepentingan berita tak boleh dicampuri bisnis, begitu pula sebaliknya.
Namun hal tersebut saat ini memang menjadi hal yang susah. Maka pers harus tetap menjaga keseimbangan antara kepentingan bisnis dan ideologi persnya.
“Tapi informasi berdasarkan fakta selalu disajikan di dalamnya,” jelasnya.
Itu sebabnya, tambah Munir, saat ini media mainstream kebanyakan menyebar informasinya melalui media sosial. Karena saat ini, masyarakat kebanyakan mencari informasi melalui media sosial.
“Merujuk media sepertinya cara yang tepat agar kita tidak mudah menghakimi sebuah informasi,” paparnya lagi. (Pit/Ans)
The post Miris! Ternyata Informasi Hoax Lebih Banyak Ketimbang Yang Asli! appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2iXVzWV
0 comments:
Post a Comment