Thursday, January 4, 2018

Pahami dan Cegah Depresi Pada Remaja


Endra Kurniawan

MALANGTODAY.NET– Pada pertengahan tahun 2017, sebuah berita bunuh diri terdengar datang dari Kabupaten Malang, Jawa Timur. Korban adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang dikenal bernama Rosita.

Rosita diduga melakukan bunuh diri akibat tidak kuat menghadapi permasalahan dengan sekolah terkait dengan uang tabungan sebesar 42 juta rupiah yang menurut keterangan keluarganya tidak diakui oleh pihak sekolah.

Rosita sempat tidak masuk sekolah selama beberapa hari sampai akhirnya Ia ditemukan tewas di kamarnya dengan mulut penuh busa.

Tidak hanya di Indonesia, pada awal Desember 2017, Amerika Serikat kembali dihebohkan oleh berita bunuh diri seorang remaja asal Massachussets bernama Connor Francis Tronerud yang kala itu masih berusia 15 tahun. Menurut keluarga remaja yang terkenal pintar dikalangan teman-temannya, Connor diduga bunuh diri akibat bullying di dunia maya yang mengakibatkannya mengalami depresi.

Kasus Conor ini seolah menjadi saksi bahwa kasus bunuh diri remaja di Amerika Serikat masih menjadi sebuah kasus kesehatan masyarakat yang tak kunjung selesai. Bahkan, menurut Center for Disease Control and Prevention (2015), bunuh diri telah menduduki peringkat ke-2 penyebab kematian pada remaja di Amerika Serikat.

Salah satu faktor mengapa kejadian depresi dan bunuh diri pada remaja tak kunjung teratasi adalah karena minimnya pemahaman orang tua mengenai perubahan-perubahan alamiah yang terjadi pada seorang remaja.

Banyak orang tua menganggap bahwa perubahan emosional pada diri seorang remaja adalah hal yang lumrah terjadi sebagai dampak dari sebuah proses pubertas. Pubertas merupakan salah satu periode pada kehidupan manusia yang ditandai dengan adanya perubahan fisiologi dan psikologi yang sangat dramatis.

Perubahan fisiologi pada masa ini diakibatkan oleh pematangan organ-organ reproduksi yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda sekunder, seperti membesarnya payudara pada perempuan, membesarnya testis pada laki- laki dan tumbuhnya rambut di sekitar organ kemaluan baik pada perempuan maupun pada laki- laki.

Sedangkan, perubahan psikologi pada masa pubertas terjadi karena adanya perubahan reaktivitas sumbu hipotalamus-hipofisis adrenal (HPA) yang mengakibatkan respon hormonal terhadap stress cenderung meningkat. Inilah salah satu alasan mengapa seseorang yang tengah berada pada masa remaja menjadi cenderung memiliki emosi yang tidak stabil dan rentan untuk mengalami depresi.

Berbeda dengan perubahan emosi pada umumnya yang cenderung terjadi dalam sekejap, depresi merupakan sebuah perubahan emosional yang terjadi dalam jangka waktu lebih dari 2 minggu. Pada saat depresi, seseorang akan cenderung kehilangan semangat untuk melakukan segala aktivitas, bahkan terhadap aktivitas yang biasa mereka gemari.

Jika dibiarkan terus menerus, depresi dapat menyebabkan seseorang kehilangan kapabilitas fungsionalnya dalam bekerja maupun belajar. Sedangkan, pada tingkatan yang lebih parah depresi dapat berujung pada sebuah tindakan bunuh diri.

Berdasarkan ada atau tidaknya episode mania, depresi pada remaja dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu recurrent depressive disorder dan bipolar affective disorder. Recurrent depressive disorder merupakan jenis depresi yang paling sering terjadi pada remaja. Depresi jenis ini ditandai dengan munculnya episode depresif yang terus menerus.

Pada keadaan ini, remaja cenderung akan merasakan suasana hati yang buruk, kehilangan minat dan semangat, dan perasaan lelah terus menerus yang terjadi selama lebih dari 2 minggu. Remaja dengan depresi juga cenderung akan mengalami perasaan mudah cemas, gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan beberapa perasaan bersalah lainnya.

Kejadian depresi pada remaja tentu timbul karena suatu penyebab. Menurut National Institute of Mental Health (2017), terdapat 3 faktor resiko utama yang menyebabkan remaja menjadi semakin rentan terkena depersi.

Faktor pertama dapat muncul karena adanya riwayat depresi baik pada diri remaja tersebut maupun pada keluarganya. Faktor kedua muncul karena adanya perubahan besar pada riwayat hidup seorang remaja, trauma, dan stress. Faktor terakhir muncul karena beberapa penyakit dan pengobatan yang sedang dijalani seorang remaja. Dari ketiga faktor tersebut, faktor perubahan mengambil peranan terbesar dalam menyebabkan kasus depresi pada remaja.

Untuk mencegah timbulnya depresi pada remaja, dibutuhkan peran besar orang tua agar anak-anak, khususnya remaja selalu berada di jalan yang positif sehingga mereka dapat terhindar dari resiko terkena depresi.

Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: 1) Taruh perhatian lebih kepada anak-anak yang sedang berada pada masa remaja, 2) dorong anak-anak untuk selalu produktif dengan berpartisipasi dalam banyak kegiatan yang positif, 3) jadilah orangtua yang peka akan perubahan sekecil apapun yang terjadi pada buah hati, 4) serta dorong anak-anak untuk tidak takut mengutarakan apa yang menjadi kegelisahannya dengan menjadi orangtua yang berpikiran terbuka.

Artikel ini adalah kiriman dari ZensTODAY, isi dari artikel di luar tanggung jawab redaksi MalangTODAY. Ingin membuat artikel kamu sendiri? Klik di sini sekarang!

(*)Rachmadianti Sukma Hanifa
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

The post Pahami dan Cegah Depresi Pada Remaja appeared first on MalangTODAY.

http://ift.tt/2CJ1cnN

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment