
MALANGTODAY.NET – Tingkat fluktuasi harga komoditas bawang merah nasional terbilang tinggi. Sehingga cukup rentan terhadap stabilitas harga dan pangan nasional.
Sebab itu, Direktorat Jendral Hortikultura bersama Kelompok Kajian Pengembangan UMKM (K2PU) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya melakukan kajian dan penelitian seputar pemecahan masalah tersebut.
Bertempat di Hotel Royal Orchids Garden Kota Batu, K2PU menyampaikan hasil penelitian dan perumusan strategi untuk mewujudkan stabilitas harga pangan nasional, utamanya dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok bawang merah dalam negeri, Kamis (3/11).
Belakangan diketahui, tingginya tingkat fluktuasi tersebut disebabkan terlalu panjangnya rantai pasokan bawang merah dari petani hingga ke konsumen.
“Tentu jika persoalan ini tak kunjung dipecahkan, maka target ekspor bawang merah nasional di tahun ini akan menuai kegagalan,” ungkap Kusdi Rahardjo DEA, Ketua K2PU FIA UB kepada awak media, Kamis (3/11).
Dengan lokus penelitian di salah satu sentra bawang merah Nganjuk dan Probolinggo, K2PU menawarkan rumusan strategi pengembangan komoditas bawang merah dalam negeri.
Salah satunya dengan membentuk lembaga baru yang dibentuk pemerintah guna menjembatani antar rantai pasokan. Rantai pasokan mulai dari petani, pengepul, pengecer hingga sampai ke konsumen.
“Untuk mengendalikan stabilitas pangan dan terutama harga dari komoditas bawang merah dalam rantai pasokan ini,” cetusnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga menawarkan ide peningkatan efisiensi dari sisi petani (on farm). Dalam hal peningkatan kualitas produksi bawang merah.
“Harus ada pemahaman dari petani bagaimana menanam bawang sesuai standar kualitas. Hal ini rupanya bisa dicapai dengan peran PPL. Namun ternyata, keberadaan mereka diindahkan oleh petani. Jadi kesannya, masuk telinga kanan keluar tangan kiri,” katanya.
Ia melanjutkan, bahwa petani bawang merah di Nganjuk dan Probolinggo hingga saat ini masih berorientasi pada kuantitas, bukan kualitas.
“Yang dipikirkan petani cuma bagaimana cara menghasilkan bawang sebanyak mungkin dari sisi kuantitas (jumlah dan satuan berat),” kata Kusdi.
Lebih lanjut, penerapan jarak tanam sesuai standar penanaman pun diabaikan oleh petani. Ini yang mengakibatkan kualitas produk bawang merah disana jauh dari standar, dikarenakan mereka memperpendek jarak tanam.
“Memperpendek jarak tanam berarti bawang tidak bisa besar karena berdesakan. Jika terus terusan seperti ini sangat berbahaya, kalo tanah sudah rusak konsekuensinya tidak bisa produksi lagi,” urainya.
Lebih lanjut, dari paparan hasil penelitian K2PU inilah yang akan ditawarkan ke Direktorat Jenderal Hortikultura untuk disosialisasikan kepada para pelaku bisnis pertanian. Mulai dari petani, pengecer maupun eksportir.
“Yang menentukan sekali lagi pemangku kebijakan dalam hal ini Dirjen Hortikultura. Semoga rekomendasi kita ini bisa bermanfaat buat masyarakat terutama petani,” tandasnya.(azm/zuk)
The post Komoditas Bawang Merah dalam Negeri Naik Turun, Ini Penyebabnya appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2z9YKSl
0 comments:
Post a Comment