
MALANGTODAY.NET – Intensifikasi pertanian menuju swasembada pangan berbanding lurus dengan peningkatan penggunaan pestisida pada lahan pertanian.
Tumpahan pestisida dari pupuk buatan mulai pupuk urea, pospat, kalium), Insektisida kontak dan sistemik, fungisida (kontak dan sistemik), Herbisida (kontak dan sistemik) membanjiri lahan pertanian kita.
Sebagai informasi, yang dinamakan kontak adalah zat dari pupuk yang langsung membunuh kepada objeknya. Sedangkan sistemik adalah zat yang diserap ke dalam tubuh tanaman untuk menjaga tanaman dari serangan objek-objek pengganggu tanaman.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan pestisida besar baik dari luar negeri maupun dalam negeri berlomba-lomba mengkapitalisasi produktivitas pertanian yang ditunjang penggunaan zat pestisida. Tentu dengan iming-iming kesejahteraan petani kedaulatan pangan dan lain-lain.
Hasil kajian Field Indonesia terhadap 306 petani padi di Klaten pada 2011 sungguh mencengangkan karena mereka menggunakan pestisida rata-rata 5,7 kali per musim tanam. Tentu melihat hal tersebut cukup miris dengan cita-cita bangsa untuk swasembada pangan.
Berdasarkan data Komisi Pestisida (di bawah Kementerian Pertanian), terdaftar 350 merek fungisida, 600 merek herbisida, dan 800 merek insektisida dengan izin tetap. Jumlah itu tidak termasuk produk ilegal.
Perdagangan pestisida, terutama insektisida, di Asia Tenggara selama lima tahun terakhir terus meningkat. Impor insektisida ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia naik berlipatganda. Pada 2009 saja, Indonesia mengimpor insektisida lebih dari US$ 90 juta. Sedangkan total nilai pasar pestisida nasional Rp 6 triliun per tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, 80 persen penggunaan pestisida di negara maju, sayangnya 80 persen keracunan terjadi di negara berkembang. Sementara mengacu penelitian International Rice Research Institute (IRRI) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO), ledakan hama wereng coklat disebabkan karena keseimbangan ekosistem padi sawah hancur.
Tingginya penggunaan pestisida tersebut turut berdampak pada hasil produksi. Tanah dan tumbuhan kualitasnya semakin dipertanyakan bahkan angka produksi turun menyebabkan kurangnya ketersediaan barang di pasaran.
Berkesinambungan, untuk menutup kekurangan di masyarakat, pemerintah pada akhirnya melakukan import. Secara tidak langsung membuat bangsa kita dalam produksi pangan semakin tergantung dengan negara negara lain.
Oleh kiranya, guna memenuhi kebutuhan bangsa sendiri agar menjadi bangsa yang mandiri serta mampu mewujudkan swasembada, alangkah bijak jika mulai hari ini kita mengurangi penggunaan pestisida atau bahan kimia lainnya dan mengganti dengan bahan-bahan organik.
The post Menuju Swasembada Pangan dengan Mengurangi Penggunaan Pestisida appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2hSMBNi
0 comments:
Post a Comment