
MALANGTODAY.NET – Dalam sejarah tata pemerintahan di Malang Raya, belum pernah dijumpai sosok Adipati, Tumenggung, Bupati ataupun Wali Kota perempuan. Padahal dalam sejarah kepemimpinan perempuan di Malang Raya seharusnya itu tidak menjadi hal yang tabu.
Karena sejarah pernah mencatat sejumlah sosok jawara perempuan pemimpin di Malang Raya yang mungkin ZensTODAY belum banyak yang tahu.
Lantas, siapa saja sosok pemimpin perempuan sepanjang sejarah Malang Raya tersebut?
Berikut empat sosok pemimpin perempuan yang dihimpun tokoh sejarawan popular asal Kota Malang, Dwi Cahyono.
- Dyah Kusumawardhani
Kusumawardhani adalah seorang perempuan putri tertua mahkota raja dan ratu Kerajaan Majapahit dari Hayamwuruk dan Tribuana Tunggadewi.
Dyah Kusumardhani dipercaya memegang komando sebagai raja di kerajaan vasal (bagian) Majapahit, yakni Nagari Kabalan yang sekarang berada di Dusun Kebalon di wilayah Kelurahan Kedungkandang, lereng barat Gunung Buring Kota Malang.
Oleh karena itu, di sejumlah berita tekstual baik prasasti maupun sastra kuno, digelari dengan nama ‘Bhre Kabalan’ atau ‘Bathara I Kabalan’, sebutan bagi para penguasa kerajaan vasal.
Sosok perempuan yang digambarkan Prasati Waringin Pitu (1447) sebagai perempuan tangguh nan cantik jelita ini, memegang kekuasaan dalam rentang waktu yang cukup lama, antara tahun 1352-1389 Masehi.
- Dyah Mahamishi
Pada sekitar tahun 1441-1447 itu, terjadi pergantian pemegang kekuasaan di Nagari Kabalan yang semula dipimpin Dyah Kusumawardhani. Raja pengganti yang juga bersosok perempuan itu bernama Dyah Mahamishi. Namun sayang, terkait silsilah dan sosoknya tidak banyak diberitakan dalam teks-teks kuno.
“Ceritanya tidak banyak diketahui. Keberadaan sosoknya hanya diberitakan secara tersirat dalam Prasasti Waringin Pitu sebagai penguasa pengganti Dyah Kusumawardani,” terang Dwi Cahyono.
- Kendedes
Jauh sebelum era kekuasaan Majapahit, yakni era Kerajaan Singhasari (1222), terdapat sosok perempuan tangguh yang dianggap sebagai leluhur raja-raja yang berkuasa di Jawa versi Kitab Pararaton.
Perempuan yang digambarkan sebagai wanita nareswari (utama) itu bernama Ken Dedes, seorang istri dari pendiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok.
Meski tidak memegang tampuk kekuasaan secara formal, sosoknya dianggap sangat berpengaruh selama konstelasi pemerintahan Singhasari.
Kendedes juga menjadi penyebab dari pertumpahan darah yang terjadi di kerajaan Singhasari, karena motif balas dendam.
- Proboretno
Selain itu, juga ada nama tokoh perempuan tangguh di daerah Malang yang jarang diketahui publik, yakni Sri Proboretno.
Merupakan sosok pejuang perempuan heroik yang dikenal karena keberaniannya dalam mempertaruhkan jiwa raganya dan turun ke medan perang.
Sebagaimana dikisahkan dalam Babad Malang, anak dari Adipati Malang Mancanegara Wetan Mataram Ronggo Tohjiwo ini, gugur di medan pertempuran menghadapi ekspansi Kasultanan Mataram terhadap Kadipaten Malang.
Dalam peristiwa tersebut, ia menjadi senopati (pimpinan militer) menggantikan suaminya, Panji Pulangjiwo yang sedang dalam perjalanan ritual di kawasan Bromo Tengger Semeru.
Keempat sosok perempuan yang tercatat dalam sejarah Malang Raya tersebut, terang Dwi Cahyono, pada akhirnya memberikan sebuah gambaran bahwa tidak ada hal yang tabu bagi sosok pemimpin perempuan dalam sejarah panjang tradisi pemerintahan.
“Karena terdapat jejak tradisi yang panjang dimana perempuan telah mendapatkan kemungkinan terbuka untuk menempati pucuk pimpinan,” urai penggagas komunitas Citralekha ini.
Namun diakui Dwi, bahwa perkembangan historiografi di Indonesia ini dianggap masih meminggirkan narasi sejarah perempuan.
“Bahwa, masih banyak kisah sejarah perempuan yang terpinggirkan dan hanya didominasi kisah sejarah elite militer dan kaum laki-laki,” pungkasnya.
The post Sederet Sosok Pemimpin Perempuan Sepanjang Sejarah Malang Raya appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2zdQUoY
0 comments:
Post a Comment