
MALANGTODAY.NET – Tiga bakal calon Wali Kota Malang yang akan maju dalam Pilkada 2018 mulai menjadi perhatian banyak kalangan. Kekuatan dari masing-masing calon untuk berperang pun mulai diartikan dengan berbagai simbol. Salah satunya melalui Wayang Puspa Sarira karya seniman Malang, Mbah Karjo.
Menurut Mbah Karjo, wayang yang sengaja ia buat itu tidak memiliki maksud dan makna khusus. Dia hanya menjelaskan, jika wayang tersebut menggambarkan apa yang selama ini ia tangkap dari indra penglihatan serta fakta yang ada. Sehingga, menjadi sebuah karya yang memang kental dengan simbol khusus.
“Saya membuat sesuai dengan fakta yang saya amati, dan setiap orang dapat memaknai sesuai subjektivitas masing-masing,” katanya pada wartawan di sela-sela kegiatan diskusi reboan yang digelar di Rumah Makan Kertanegara, Rabu (17/1).
Secara rinci, pria berambut gondrong ini menjelaskan satu per satu makna simbol wayang yang dibuat. Untuk bakal calon Wali Kota Malang, Yaqud Ananda Gudban, wayang yang dibuat menggambarkan seorang perempuan berkerudung, sesuai dengan fakta bahwa Nanda merupakan seorang muslimah.
Tak hanya dibuat berhijab, dia juga menyertakan dua tali pada bagian belakang yang melambangkan bahwa Nanda tidak boleh meninggalkan dua hal penting, yaitu keluarga dan juga pendukungnya.
Selanjutnya untuk Sutiaji, yang dibentuk lengkap dengan atribut kesatria lengkap dengan kampuh atau kolor warok ponorogo pada bagian kanan dan kiri pinggang sayang. Hal itu menunjukkan, jika seorang kesatria selalu saling mengikatkan tali dan saling menyerang saat sedang bertempur.
“Itu menggambarkan bahwa yang bersangkutan akan bertarung tanpa mengenal kata menyerah,” tambah pria berkacamata itu.
Lebih lanjut dia menjelaskan, jika tali kampuh itu disimbolkan melilit dan membuat langkahnya tersendat. Dapat dilihat dari bentuk wayang Sutiaji yang pada bagian belakang kaki sedikit menjinjing.
Menurutnya, itu menunjukkan bahwa dalam langkah yang diambil, Sutiaji masih tersandung dengan lilitan tali miliknya sendiri. Sehingga, langkahnya pun sedikit terganggu.
“Dan tadi, tim suksesnya pak Sutiaji sempat menyampaikan jika mungkin simbol yang saya maksudkan itu menurut mereka adalah NU,” tambahnya lagi.
Sementara untuk calon terakhir, yaitu M. Anton, ia membuat dengan atribut yang sedikit ambigu. Di mana pada bagian atas, wayang dibentuk dengan atribut jubah, sedangkan di bagian bawah mengenakan celana kesatria.
Menurutnya, simbol yang ia buat itu sangat erat kaitannya dengan sosok Anton. Di mana saat ini, Anton memang dikenal sebagai sosok pemimpin sekaligus agamis. Sehingga, ketika hendak berkampanye, setidaknya Anton mantap menetapkan salah satu pilihan dan menanggalkan salah satunya.
“Jadi, nanti kalau kampanye untuk memimpin, setidaknya tidak membawa atribut religi,” paparnya.
Wayang yang ia buat tersebut menurut Mbah Karjo dapat diartikan sesuai dengan penafsiran masing-masing orang. Karena pada dasarnya, pembuatan wayang tersebut dibuat sesuai dengan nalar seni dan budaya.
“Saya membuatnya semalaman, dari jam 24.20 WIB sampai subuh. Wayang pertama yang dibuat wayangnya Nanda, dilanjutkan Anton, dan terakhir Sutiaji,” jelasnya.
Tak hanya itu, dia juga menyampaikan jika ketiga wayang dibuat dengan bahan dan ukuran yang sama. Bahan yang dibuat adalah mendong dengan jumlah masing-masing tujuh batang dan panjang sekitar 105 centimeter. Namun menariknya, bahan yang digunakan untuk membuat wayang Sutiaji masih tersisa.
“Sedangkan untuk wayang Nanda dan Anton, bahannya habis semua,” pungkasnya.
The post Mengukur Kekuatan Tiga Bakal Calon Wali Kota Malang Lewat Wayang appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2rgRsLY
0 comments:
Post a Comment