
MALANGTODAY.NET – Sekitar 300 mahasiswa asal Papua dari berbagai perguruan tinggi di Kota Malang mengikuti acara Seminar dan Natal Noseni Kobe Oser se-Jawa dan Bali 2017 dengan tema “Sosialisasi Program Sirkumsisi Pria Sukarela Prepex di Papua, Kesehatan dan Kebersihan Agar Dapat Mencegah IMS dan HIV/AIDS” di Kampus Unitri, Sabtu (9/12).
Dalam seminar tersebut, hadir sebagai pembicara adalah mantan (eks) Gubernur Papua periode 2012-2013, Drh. Constant Karma. Kepada para mahasiswa, pria yang kini menjabat Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Provinsi Papua mengungkapkan, untuk mengurangi risiko penularan HIV/AIDS harus dengan sirkumsisi (sunat) menggunakan metode prepex.
“Metode ini adalah melakukan sunat memakai alat sejenis karet sehingga tidak lagi dilakukan secara tradisional atau menggunakan laser,” ungkapnya.
Lanjutnya, jika sirkumsisi tidak dilakukan maka bakteri yang keluar dari sperma akan menempel pada kulup. “Virus HIV/AIDS ini akan bersarang pada kulupnya. Selain itu bakteri dari air seni juga tidak bisa diatasi secara tuntas kalau tidak sunat,” tandasnya.
Menurutnya, pencegahan virus HIV/AIDS berdasarkan data dari Afrika adalah dengan sirkumsisi. “Kalau itu (sirkumsisi) dilakukan sempurna, 75 persen terlindungi dari HIV/AID,” tegasnya.
Jika tidak melakukan sirkumsisi, ditakutkan juga HIV/AIDS akan menular kepada perempuan. Bahkan saat ini, mayoritas ibu rumah tangga sudah terkena HIV/AIDS karena tertular dari suaminya saat berhubungan seks.
“Jadi tidak hanya pekerja seks komersial yang terjangkit. Untuk itu, masyarakat harus merawat dan menjaga diri mencegahnya, mengingat virus ini tidak menyerang langsung, namun baru terlihat setelah 6 bulan kemudian,” paparnya
Seharusnya, lanjut dia, Papua sudah memberikan penerapan untuk segera sunat pada anak laki-laki saat umur 15 tahun. “Kenapa 15 tahun, karena tidak lama lagi berhubungan seks,” ujar pria yang sudah 9 tahun memperjuangkan program sunat di Papua ini.
Data yang dimilikinya, sirkumsisi di Papua saat ini baru 1.053 orang, itupun untuk usia 15-17 tahun sesuai ketentuan dari pihak prepex harus minta ijin dari orang tua. “Untuk itu, tugas saya ini terus memberikan sosialisasi ke masyarakat di daerah-daerah termasuk mahasiswa agar mereka mengikuti program ini,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana, Vennus Tiano Inggabouw (30) menambahkan, latar belakang diadakannya kegiatan ini dikarenakan sampai saat ini Papua menempati urutan ketiga untuk pengidap penyakit HIV/AIDS.
“Jadi, demi kemajuan mahasiswa Papua di Malang, mereka harus mengetahui bahaya HIV/AIDS. Maka itu, kami menghadirkan mantan Gubernur Papua ini untuk memberikan ilmunya,” tegas Vennus, sapaan akrabnya kepada MalangTODAY.
Dengan kegiatan ini, lanjut dia, diharapkan para mahasiswa Papua kita lebih aktif lagi untuk membuat kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat dan lebih baik lagi. “Kedepannya kami ingin bisa menghadirkan pemateri-pemateri lain untuk secara rutin mengadakan seminar, mungkin bisa setiap bulan atau setiap tahunnya. Memang harus ada,” jelas mahasiswa Kampus Putra Indonesia Malang ini.
The post Peduli HIV/AIDS, Mahasiswa Papua di Malang Datangkan Eks Gubernur appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2yarzMb
0 comments:
Post a Comment