Monday, December 25, 2017

Wali Kota Perempuan Pertama dalam Sejarah Malang Raya


M. Ulul Azmy

MALANGTODAY.NET – Tampuk pimpinan Kota Batu periode mendatang telah secara resmi akan dijabat oleh seorang tokoh perempuan bernama Dewanti Rumpoko.

Kemenangan Dewanti sekaligus memecahkan mitos dan sejarah sebagai sosok kepala daerah perempuan pertama sepanjang sejarah tata pemerintahan di Malang Raya.

Hal ini diungkapkan oleh Sejarawan Kota Malang, Dwi Cahyono. Bahwa dari kemenangan Dewanti, tidak hanya menjadi momentum sebuah suksesi tata pemerintahan di Kota Batu.

“Namun juga sekaligus menjadi momentum awal kesadaran gender, memberikan ruang kepada wacana kesetaraan gender dalam politik dan tata pemerintahan di Malang Raya,” ungkapnya kepada MalangTODAY, Senin (30/10).

Bukan sekedar klaim, dari hasil penelusuran Dosen Jurusan Sejarah di Universitas Negeri Malang ini menyebutkan, belum pernah ada diketahui dalam sejarah tata pemerintahan di Malang Raya memiliki sosok perempuan sebagai kepala daerah.

“Secara historis, di Malang Raya dipimpin perempuan hanya sampai di abad 14-15. Setelah itu, tidak pernah lagi terdengar sosok pemimpin perempuan hingga sekarang di era tata pemerintahan, hampir ada lebih dari setengah millenium,” ungkapnya.

Disebutkan Dwi, dalam berita tekstual (prasasti maupun sastra kuno) Malang Raya sebagai daerah kerajaan vasal (bagian) Majapahit, bernama Nagari Kabalan di lereng barat Gunung Buring Kedungkandang Kota Malang, mencatat ada sejumlah empat sosok perempuan yang memegang tampuk kekuasaan.

“Empat sosok ini adalah Kendedes, Dyah Kusumawardani, Dyah Mahamishi dan juga Sri Proboretno. Mereka semua tercatat sebagai jawara wanita yang pernah menorehkan kontribusi historis sebagai pemimpin di Malang Raya,” paparnya.

Baca juga: Deretan Sosok Perempuan Pemimpi  Sepanjang Sejarah Malang Raya

Untuk Kendedes, meski dalam kisahnya tidak memegang posisi pucuk kekuasaan secara formal, namun keberadaan Kendedes adalah figur penting. Ia diposisikan sebagai wanita nareswari (utama), sebagai ibu yang melahirkan trah para raja-raja di Jawa, baik era kerajaan Singhasari maupun Majapahit.

Proboretno, lanjut Dwi, juga dikenal sebagai sosok tokoh wanita pejuang yang dikenal heroik karena pengorbanan jiwa raga dan gugur di medan perang menghadapi ekspansi Kasultanan Mataram terhadap Kadipaten Malang.

Terpilihnya Budhe sapaan akrabnya, lanjut Dwi, menambah deretan panjang perempuan-perempuan hebat (jawara) dalam sejarah perempuan di Bhumi Arema. Tentu hal ini diharapkan bisa menjadi pemicu perempuan lain untuk meraih prestasi serupa

“Harapannya juga, Budhe bisa memiliki kesamaan seperti sosok tokoh-tokoh tersebut. Mengemban amanah dengan sepenuh nurani, sosok ibu yang dengan kasih mengasuh anak-anaknya selaras dengan latar akademiknya sebagai psikolog senior,” harapnya.

Ia juga mengingatkan atas amanah yang diemban dan dikemas melalui program Nawabhakti seperti yang dijanjikan. Salah satunya adalah program pembangunan ‘Desa Berdaya Kota Berjaya’ yang menitikberatkan pembangunan kota melalui pemberdayaan penuh desa-desa.

“Agar karakter kebudayaan pertanian di Kota batu yang khas itu tetap terjaga, dipertahankan. Saatnya beliau memperoleh prioritas atensi dan membuktikan bahwa anggapan ‘dinasti’ dalam birokrasi pemerintahan tidak selalu berkonotasi buruk,” pungkas penggagas Komunitas Citralekha ini.

Seperti diketahui, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 Kota Batu pada 15 Februari 2017 silam telah didapatkan nama pasangan Dewanti Rumpuko- unjul Santoso sebagai pemenang.

Setelah sempat gagal dalam pemenangan Pemilihan Wali kota Malang pada 1999, dan Pemilihan Bupati Malang tahun 2015, Budhe bertemu jodohnya dengan terpilih menjadi kepala daerah Kota Batu periode 2018-2022. Dalam pemilihan itu, ia menang telak mengungguli pasangan calon lain dengan perolehan suara sebanyak 51.754 suara atau 44,57 persen dari total suara sah.

The post Wali Kota Perempuan Pertama dalam Sejarah Malang Raya appeared first on MalangTODAY.

http://ift.tt/2C8n8Yh

0 comments:

Post a Comment