
MALANGTODAY.NET– Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Kalimat di atas merupakan pengalan lirik dari lagu band legendaris Indonesia Koes Plus berjudul Kolam Susu. Lirik itu mengambarkan betapa suburnya negera yang mendapat julukan negara zamrud khatulistiwa ini karena sangking subur tanahnya.
Tapi benarkah lirik lagu itu dengan kenyataan yang ada?. Tampaknya lagu yang dinyanyikan Koes Plus tidak selamanya benar. Hal ini terbukti dengan berbagai program swasembada yang mungkin hanya menjadi isapan jempol saja.
Contohnya, di tahun 2018 Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menargetkan Indonesia bakal mencapai swasembada kedelai. Untuk melancarkan programnya, Mentan menanam lahan kedelai seluas 500.000 hektar dengan anggaran APBNP 2017.
Penanaman lahan kedelai tersebut dipusatkan di 20 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti di pulau Sumatera seluas 153.000 hektar, Jawa 130.000 hektar, Kalimantan 27.000 hektar, Sulawesi 110.000 hektar dan NTT dan NTB masing-masing 40.000 hektar. Dengan lahan seluas itu Mentan berharap swasembada kedelai bakal tercapai di tahun 2018.
Swasembada sendiri merupakan upaya dalam meningkatkan ketersedian pangan. Namun jika kita lihat kebutuhan kedelai selama 2017 sebesar 2,4 juta ton. Sedangkan produksi nasional hingga tahun ini masih jauh dari target yang direncanakan, lebih-lebih target Kementan 2018 sebesar 3 juta ton. Artinya kebutuhan akan komoditas kedelai jauh belum terpenuhi secara nasional.
Jurus dan cara dengan berbagai paket teknologi sudah maksimal dilakukan oleh Mentan Amran bersama jajarannya untuk terus menggenjot produksi kedelai untuk kebutuhan dalam negeri. Selain itu, kedelai merupakan bahan utama berbagai macam olahan, seperti tahu dan tempe yang merupakan lauk-pauk populer untuk masyarakat Indonesia.
Selama ini tanpa disadari kontribusi produksi kedelai secara nasional sebagian besar di topang dari tanah pertanian di pulau Jawa. Lahan pertanian di pulau Jawa saat ini terus melaju kencang dan kejar mengejar dengan kebutuhan tanaman pangan sebagai kebutuhan petani dalam usaha tani.
Petani sudah harus memikirkan dirinya untuk mencari keuntungan rumah tangganya. Pemerintah tidak bisa memaksakan kehendak dalam pencapaian produksi pangan sebagai program nasional.
Target produksi nasional 2018 sebesar 3 juta ton ekivalen dengan menyediakan lahan 2 juta hektar dengan asumsi produksi 800 kilogram per hektare.
Tidak mudah untuk dilakukan pemerintah dalam mencapai swasembada kedelai. Disamping persiapan lahan, benih, dan saprodi lainnya sebagai kemutlakan dalam usaha tani kedelai.
Belum lagi perubahan iklim yang telah melanda hampir semua penjuru dunia. Hingga saat ini kita telah dihadapi musibah banjir dan tanah longsor di hampir semua kawasan negeri ini bisa menjadi masalah besar yang siap menghadang program swasembada di tahun 2018 nanti. Dan jangan biarkan kita makan impor karena kedelai langka di negeri sendiri.
The post Mungkinkah di 2018 Tahu dan Tempe Kita Masih Impor? appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2kviUmb
0 comments:
Post a Comment