Thursday, May 25, 2017

Cangkrukan Bincang Aroma Keringat Petani Kopi


MALANGTODAY.NET – Membincang soal kopi di Malang Raya, tersimpan sejuta potensi lokal yang tidak tergarap dengan baik. Utamanya, pada kesejahteraan petani sebagai bagian penting dari industri kopi. Tentunya, hal inilah yang jadi fokus utama aktivitas rembugan para pegiat kopi se-Malang Raya di Roeang Sedoeh Rakjat, Jalan Sultan Agung, Rabu (24/5).

Ketika MalangTODAY datang berkunjung, para pelaku kopi mulai dari petani, penyangrai kopi, penyeduh kopi, kedai/kafe dan penikmat kopi memenuhi seisi kedai. Mereka sedang asyik terlibat dalam perbincangan hangat tentang kesejahteraan petani kopi yang terlupakan. Harum aroma kopi yang menguar dari cangkir menyelingi perbincangan itu.

Salah satu artisan kopi, Setiyo Pantriyoko menjelaskan petani sangat berperan vital dalam industri kopi nasional. Namun, kondisi kesejahteraan mereka tidak diperhatikan sama sekali oleh pihak tengkulak dan eksportir. Ia mengatakan bahwa para tengkulak lah yang berjasa paling besar dalam merusak harga beli di petani.

“Harga kulak di petani hanya Rp 23.000/kg kurang, padahal tengkulak bisa jual sampai Rp 35.000/kg, Ironis bukan?” paparnya.

Tidak hanya tengkulak, ia melanjutkan, kedai atau industri kafe juga seharusnya punya kesadaran ini. Tidak hanya membeli dengan harga yang pantas, namun mereka juga punya andil untuk memberikan misi kontrol dan edukasi pada petani. Selama ini, petani hanya memasrahkan diri pada tengkulak. Para petani miskin informasi pasar, miskin edukasi dalam pengolahan biji kopi yang baik.

“Misi kontrol ini ada di pelaku kopi skala menengah ini, kalo sekedar beli sih ya namanya tengkulak baru. Setelah beli, lakukanlah pendampingan, jangan hanya bayar terus ngeloyor pergi. Mental ini yang coba kita tanamkan pada teman-teman,” ungkap pria yang akrab disapa Cak Jhon ini.

Sengkarut industri kopi dari hulu hingga ke hilir ini memang perlu dirembug bersama-sama. Harus ada sinergitas yang intens antar para pelaku kopi dari hulu ke hilir. Setiyo menjelaskan bahwa perlu adanya sebuah ruang dialog yang mempertemukan para pelaku kopi tersebut, salah satunya dengan Cangkrukan di Kedai Roeang Sedoeh Rakjat.

Ia menambahkan, dari kegiatan ini Setiyo berharap terciptanya sebuah kolaborasi apik dari seluruh pelaku kopi tersebut. Kesadaran menjunjung petani dan potensi kopi lokal menjadi fokus utama perbincangan. Petani diharapkan untuk merebak kedaulatannya sendiri, keluar dari bayang-bayang tengkulak.

“Petani yang berdaulat, adalah petani yang bisa menghargai kopinya sendiri, punya pasar sendiri dan tentunya berdikari,” tutupnya ditemui MalangTODAY seusai cangkrukan, Rabu (24/5).

Untuk diketahui, petani kopi di Batu ternyata juga mempunyai potensi yang tinggi namun tidak tergarap dengan baik. Kopi hanya menjadi tanaman tersier setelah sayur mayur dan buah. Adapun sentra perkebunan kopi Kota Batu ada di lereng-lereng Arjuna-Welirang, melintang hingga lereng gunung Panderman, Kawi, Buthak hingga Punten.(azm/zuk)

The post Cangkrukan Bincang Aroma Keringat Petani Kopi appeared first on MalangTODAY.

http://ift.tt/2qnGcb1

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment