
MALANGTODAY.NET – Semakin tersebarnya kabar tentang penderitaan dan kasus kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya, disikapi GP Ansor agar masyarakat muslim berhati-hati.
Pasalnya ada indikasi “pemelintiran” isu berlatar geoekonomi tersebut ke sentimen agama yang bisa memicu radikalisme.
Menurut catatan GP Ansor yang sudah lakukan kajian atas krisis Rohingya selama bertahun-tahun, konflik di negara bagian Rakhine, telah tiga kali meletus, yakni mulai 2013, 2016 dan terakhir pecah lagi pada akhir Agustus 2017.
Hasil dari kajian GP Ansor, papar kata Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, isu Rohingya bukanlah murni persoalan berlatar agama, tetapi berkelindan variabel pemicu dengan faktor dominan masalah ekonomi, terutama potensi tambang minyak dan gas yang sangat masif.
Besarnya potensi tambang minyak dan gas bumi di negara bagian Rakhine yang didiami sebagian besar komunitas muslim Rohingya itulah yang kemudian menarik minat banyak perusahaan multinasional mulai dari Inggris, Perancis, Malaysia, Brunai, China, Rusia serta sejumlah negara minyak lain untuk saling berebut.
“Banyak sekali negara yang terlibat di sana. Jadi analisa kami, GP Ansor, konflik Rohingya ini lebih terkait perebutan resources ini, bukan melulu sentimen agama,” katanya, dikonfirmasi usai menghadiri Konfercab GP Ansor Cabang Tulungagung, di Tulungagung, Minggu (3/9).
Selain faktor perebutan sumber daya alam oleh banyak perusahaan multinasional bidang tambang minyak bumi dan gas alam itu masih diperburuk oleh fakta politik dalam negeri Myanmar yang belum sempurna melakukan transisi demokrasi, yakni dari penguasaan junta militer ke pemerintahan sipil di bawah kepemimpinan Aung San Suu Kyi.
“Pemerintah Myanmar ini butuh modal besar untuk eksplorasi, setidaknya untuk menambah luasan lahan eksplorasi,” kata anggota Komisi III DPR RI ini.
Padahal, lanjut Yaqut, selama ini Myanmar dikuasai oleh junta militer, pemerintahan sipil di bawah Aung San Suu Kyi ini kan belum lama.
“Sementara proses membuka diri Myanmar pasca junta militer ini belum sempurna. Negara-negara di luar Myanmar juga belum sepenuhnya percaya sehingga mereka kesulitan mencari talangan (pinjaman) dana untuk melakukan eksplorasi sumber daya alam ini,” ujarnya, dikutip dari Antara.
Keterbatasan modal untuk pengembangan potensi tambang minyak dan gas bumi inilah yang kemudian mendorong pemerintah Myanmar menggunakan opsi kekerasan terhadap warganya sendiri, baik itu komunitas muslim Rohingya maupun umat Budha Rohingya yang berada di negara bagian Rakhine.
“(Muslim) Rohingya ini menjadi mungkin untuk diusir (oleh pemerintah Myanmar) karena mereka punya sejarah panjang pemberontakan di Myanmar. Jadi ada kelompok-kelompok di Rohingya itu yang selama ini berusaha untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah, ada faktor itu,” papar Yaqut.
Dia mengingatkan pemahaman terhadap krisis kemanusiaan agar dilihat secara utuh, tidak sepenggal-penggal apalagi digiring ke arah konflik antaragama di Myanmar, seperti opini yang tengah digoreng kelompok-kelompok tertentu (radikal/ekstremis) di Tanah Air.
“Kita semua harus mengerti anatomi konfliknya seperti apa sehingga nanti penanganan dan penyelesaiannya juga tepat,” katanya.(zuk)
The post GP Ansor: Konflik Rohingya Terkait Perebutan Sumber Daya Alam appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2ezF4Bw
0 comments:
Post a Comment