
MALANGTODAY.NET – Kurangnya pemahaman masyarakat dalam mengakses, menganalis, serta mengevaluasi berita yang tersebar di media (media sosial, televisi, koran, ataupun portal berita) berdampak pada keprematuran informasi yang diterima oleh masyarakat.
Tak jarang bila kabar hoax juga menjadi salah satu rujukan fakta dalam melihat fenomena yang ada. Kurangnya rujukan fakta dalam memahami serta menganalisis suatu kasus yang ada disebutkan oleh Tony Firman sebagai literasi media.
“Kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi serta memutuskan sebuah berita itu sangat penting, ini bagian dari literasi media”, kata Pemerhati Media Literasi, Tony Firman dalam gelaran diskusi Media Literasi dalam Kasus Rohingya yang diadakan oleh Youngh Interfaith Peacemaker Communuty Indonesia bersama Peace Leader.
Dalam diskusi tersebut, Tony menjelaskan bahwa kemampuan mengakses bertujuan agar masyarakat tidak sekedar mencari informasi dari satu sumber saja melainkan sumber-sumber lain juga patut untuk diperhatikan.
“Kita contohkan kasus Rohingya, banyak media mainstream yang dengan seragam memberitakan informasi tersebut, tanpa ada referensi atau data pembanding lain misal dari jurnal penelitian, atau dari organisasi kemanusiaan,” ucapnya.
Tony menegaskan bahwa dalam setiap kasus, apapun bentuk kasusnya masyarakat harus membaca secara keseluruhan kasus tersebut dari berbagai sudut pandang, sehingga dapat menyimpulkan permasalahan yang ada secara obyektif, dan bukan karena opini yang dibangun oleh media.
“Kita seharusnya membaca sampai tuntas, jangan hanya judul, setelah itu membandingkan dengan media yang lain, kemudian baru disimpulkan,” ucapnya.
Setidaknya ada beberapa referensi media yang dianggapnya tepat untuk dijadikan sebagai rujukan informasi yang tepat bagi masyarakat. Diantaranya adalah Reuters, The Guardians, serta Asian News Chanel yang dianggap mewakili pemberitaan di Asia Tenggara.
“Situs-situs organisasi internasional, seperti amnesty internasional, PBB, dan lain sebagainya juga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bila kasusnya sekelas Rohingya,” katanya seraya menambahkan “Penelitian para akademisi, jurnal, atau pandangan ahli juga dapat dijadikan sebagai pertimbangan”.
Meskipun begitu, Tony menyayangkan literasi yang ada di Indonesia sangat terbatas, khususnya data-data tentang masalah-masalah yang tengah melanda Indonesia.
“Saya sering kesulitan dalam mencari data, contoh sederhananya soal gaya hidup anak muda di Indonesia. Penelitian tentang itu sangat sedikit, yang banyak justru di Amerika. Masalahnya, apakah sesuai bila kita mengambil penelitian orang Amerika terus mencocok-cocokan dengan Indonesia,” katanya.
The post Perkaya Pemahaman akan Informasi Melalui Literasi Media appeared first on MalangTODAY.
http://ift.tt/2xpckjR
0 comments:
Post a Comment