
MALANGTODAY.NET – Pernahkah terbesit pertanyaan kenapa pohon-pohon di Bali memakai sarung? Sebetulnya tidak hanya terjadi di Bali, tapi di daerah lain yang memiliki kepercayaan Hindu.
Lalu, kenapa orang-orang Hindu memakaikan sarung ke pohon? Alasan mendasarnya adalah karena falsafah yang dipegang orang Hindu yaitu Tri Hita Karana. Tri Hita Karana memiliki arti hubungan baik antara manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia.
Dengan pengertian ini, maka pemakaian sarung pada pohon berarti suatu bentuk penghormatan manusia terhadap alam. Penghormatan ini ada karena pohon memberikan Oksigen kepada makhluk hidup seperti manusia.
BACA JUGA: Rencanakan Weekend ke Desa Sentra Kerajinan di Bali Yuk
Sebuah sumber menyatakan selain pohon memberikan kesejukan, pohon juga memiliki suatu getaran yang energinya dapat dirasakan manusia. Jika kebanyakan orang menganggap pohon itu gaib, maka berbeda dengan orang Bali. Mereka mengaitkan energi-energi dari pohon tersebut ke dalam wujud yang mudah dipahami pikiran. Dengan demikian muncullah aturan bersikap dan berhubungan dengan wujud-wujud gaib tersebut.
Masyarakat Bali pun jika melihat rumpun bambu akan mengatakan bahwa rumpun bambu tersebut didiami memedi usil. Sedangkan pohon asam besar menjadi tempat tinggal banaspati. Kesemua wujud yang digambarkan tersebut merupakan makhluk halus sebangsa jin.
Salah satu contoh tata cara bersikap pada pohon yaitu ketika ada orang yang sakit, kemungkinan orang tersebut jarang memberikan sesuatu ke penghuni pohon. Oleh karena itu, keluarga orang tersebut harus menyerahkan sesajen ke pohon tersebut.
BACA JUGA: Gak Sekedar Budaya, Tari Kecak Ternyata Mengandung Unsur Mistis!
Kain sarung yang biasa dipakaikan ke pohon adalah kain saput poleng. Kain ini memiliki ciri kotak-kotak hitam putih. Saput poleng berasal dari kata Saput yang berarti membalut dan poleng yang berarti belang atau berseling hitam dan putih.
Kain ini melambangan Rwa Bhineda atau keseimbangan alam. Makna kain ini yaitu berupa ajaran bahwa di dunia ini ada hal berbeda tetapi bila berjalan harmonis akan membuat ala mini seimbang. Dilansir dari Bobo.id, Rwa Bhineda mengajarkan hal-hal berlawanan yang tidak bisa dipisahkan. Beberapa contohnya yaitu baik dan uruk, panas dan dingin, serta siang dan malam.
Kain Saput poleng ini biasa diselimutkan pada pohon, patung, maupun gapura. Selain itu, Saput Poleng juga digunakan oleh orang-orang tertetu di Bali, seperti pecalang (pengaman desa).
Penulis: Almira Sifak
Editor: Almira Sifak
The post Kenapa Pohon di Bali Dipakaikan Sarung? Ini Jawabnnya appeared first on MalangTODAY.
https://ift.tt/2qmgtCd
0 comments:
Post a Comment