
MALANGTODAY.NET – Hukuman mati pada pelaku kejahatan telah diterapkan sejak masa peradaban kuno. Biasanya, eksekusi mati diterapkan pada kejahatan yang sangat besar dan di luar batas. Jika kini kita mengenal eksekusi mati seperti penggal kepala, gantung, dan tembak. Lalu bagaimana dengan hukuman mati zaman dahulu yang dikenal sebagai masa yang ‘kejam’?
Yap, seperti zamannya yang kejam, hukuman masa lalu dikenal sangat kejam, bengis, tragis, dan tak ada kata lagi untuk menggambarkan betapa sadisnya eksekusi mati pada zaman itu. Seperti apa? Dilansir dari Brillio.net, berikut ulasannya.
Baca Juga: 4 Film Horor yang Tayang Pertengahan Akhir November 2018
Lingchi
Secara harfiah, lingchi berarti ‘kematian daru seribu potongan’. Metode eksekusi mati jenis ini berasal dari China pada tahun 900 Masehi dan dikenal sangat biadab. Teknisnya adalah tubuh korban diiris sampai mati. Saat korban pingsan karena kehilangan banyak darah, eksekutor akan menusuk jantung dan hati korban sebagai sentuhan terakhir. Setelah ditusuk-tusuk, kepala korban akan dipotong.
Flaying
Eksekusi ini berkembang di Timur Tengah dan Afrika seribu tahun yang lalu. Metodenya adalah mengiris tubuh korban secara perlahan menggunakan pisau tajam sampai terlepas dari otot. Saat pengirisan, tubuhnya akan ditaburi garam agar dehidrasi.
Skafisme
Seperti sebelumnya, tubuh korban akan dikelupas lalu disatukan kembali ke dalam perahu. Selanjutnya, tubuh akan dilumuri madu dan susu untuk menarik perhatian serangga. Seketika itu serangga aklan datang dan menggerogoti tubuh dengan sangat brutal.
Baca Juga: Ini 5 Teori Tentang Kehidupan di Luar Bumi, Boleh Percaya?
The Colombian Necktie
Eksekusi brutal ini pernah diterapkan pada sekitar 200.000 orang. Korban akan diikatkakn tabung karet di lehernya yang kemudian menggorok perlahan tenggorokannya sampai mati. Gagasan di balik eksekusi ini adalah untuk melihat lidah terjulur melewati luka di leher.
Penulis: Raka Iskandar
Editor: Raka Iskandar
The post Sadis, Eksekusi Mati Zaman Dahulu Sangat ‘Asyik’ Buat Nyiksa appeared first on MalangTODAY.
https://ift.tt/2K6UZCD
0 comments:
Post a Comment