Tuesday, January 22, 2019

Anak Rantau, Novel Sejuta Hikmah Karya A Fuadi


Kistin S

MALANGTODAY.NET – Novel “Anak Rantau” dikeluarkan pada tahun 2017 dan telah dibaca oleh banyak orang khususnya di Indonesia. Banyak akun-akun di media sosial merekomendasikan novel ini, bahkan teman-teman saya juga merekomendasikannya. Novel ini merupakan karya kesekian dari penulis Ahmad Fuadi, sebelumnya A. Fuadi menulis trilogi Negeri Lima Menara, Ranah Tiga Warna dan Rantau Satu Muara. Novel Anak Rantau merupkan karya fiksi A. Fuadi sedangkan Trilogi yang ditulis A. Fuadi berdasarkan pengalaman nyatanya sendiri.

Novel ini berlatar budaya Minang, Bukit tinggi dengan tokoh utama seorang anak bernama Hepi yang dipaksa untuk tinggal di kampung halaman sang ayah, Martiaz. Novel Anak Rantau secara keseluruhan menceritakan mengenai keluarga, persahabatan, lingkungan sosial dan juga petualangan. Dari novel ini kita diajak membali untuk memperoleh serta mengembara pelajaran bahwa hidup merantau tidak hanya sekedar jauh dari tanah kelahiran ataupun jauh dari orang tua, namun bisa jadi kita merantau di tanah kelahiran orang tua kita yang secara tidak langsung artinya kita pulang menuju kampung halaman untuk mencari serta menemukan pelajaran yang telah hilang.

Nama lengkap sang tokoh utama adalah Donwori Bihepi semua orang memanggilnya Hepi, anak laki-laki asal Jakarta yang tinggal bersama ayahnya Martiaz dan kakaknya Dora. Ibunya telah meninggal selang setengah jam setelah melahirkan Hepi. Hepi anak pemberani, cerdas, pintar dan juga gemar membaca namun kelakuannya tidak disiplin dan nakal, Hepi bertingkah nakal dan tidak disiplin disebabkan karena kurangnya kasih sayang dan kurangnya pantauan dari sang ayah selama ini.

Ketika pembagian rapot, Hepi mendapatkan rapornya kosong bersih tidak ada nilai yang tertera pada rapornya. Hal ini membuat ayah Hepi marah besar, namun tidak meluapkannya langsung pada Hepi, karena binggung harus menghukum Hepi dengan cara bagaimana dan sang ayah pun sadar bahwa selama ini ia kurang mengawasi Hepi. Hingga akhirnya suatu hari ayah Hepi mendapatkan ide untuk menghukum Hepi, dengan cara mengajaknya pulang ke kampung halaman, Tanjung Durian, tanpa memberi tahu pada Hepi apa maksud sebenarnya sang ayah mengajaknya berlibur ke sana, setelah sekian lama tak pernah pergi ke kampungnya.

Hepi bahagia akhirnya ia bisa merasakan yang namanya liburan pulang kampung selama hidupnya, hingga akhirnya ia tahu akan tujuan serta maksud ayahnya membawa Hepi pulang ke kampung halaman. Hepi sangat dan amat marah, ia harus tunggang langgang mengejar bis yang dikendarai ayahnya yang akan pergi kembali menuju Jakarta.

Selama di kampung Tanjung Durian, Hepi tinggal bersama kakek dan neneknya. Hepi menyalahkan dendam yang besar pada ayahnya. Dia merasa sedih dan  ditinggalkan serta dibuang oleh ayahnya sendiri. Hepi ingat kata-kata ayahnya sebelum benar-benar meninggalkannya, ayahnya menantang Hepi untuk pulang ke Jakarta menggunakan pesawat dengan tiket yang ia beli menggunakan uang hasil kerja kerasnya disini atau hasil tabungannya. Hepi bertekat untuk mengumpulkan uang agar dapat kembali ke Jakarta dan menunjukkan pada ayahnya bahwa hidup di kampung tidak akan merubahnya justru membuat Hepi semakin nakal karena ditinggalkan oleh ayahnya.

Ternyata kehidupan serta perjuangan Hepi dalam mengumpulkan uang di kampung tidaklah mudah. Hepi harus mengerjakan kerja serabutan di toko Mak Tuo Ros menjadi pencuci piring, serta bekerja bersama dengan Bang Lenon menjadi kurir dan pesuruhnya, dan menjadi penjaga surau. Semua pekerjaan yang dilakukan oleh Hepi tanpa sepengetahuan kakek dan neneknya. Karena dia harus mengikuti aturan yang diberikan oleh kakeknya dengan melanjutkan sekolah di kampung serta didikan ketat yang diberikan sang kakek sendiri, beruntung ada nenek yang sangat menyayangi Hepi dan selalu memberikan kasih sayang serta perhatian terhadapnya sekecil apapun.

Selama di kampung Hepi menemukan sahabat bernama Attar dan Zen. Attar yang pandai menembak menggunakan ketapel miliknya, sedangkan Zen yang sangat menyayangi binatang serta menjunjung tinggi reputasi terbaiknya sebagai anak kampung. Mereka bertiga bersekolah di tempat yang sama, bermain bersama, membantu Hepi mengumpulkan uang untuk kembali ke Jakarta, mengurus surau bersama, serta berpetulang seru dan menegangkan bersama.

Sutu ketika Hepu dan dua sahabatnya membetuk sebuah tim detektif cilik, mereka manjadikan loteng dibawah kubah surau yang sering disebut sebagai sarang jin oleh warga sebagai markasnya, markas mereka namai dengan “Sarang Elang”. Tempat di mana mereka memantau serta melakukan koordinasi mengenai misi-misi yang akan dilakukan. Mereka bertiga melakukan beberapa misi yang pertama mendatangi lelaki bermata harimau “Pendekar Ludo” yang ditakuti oleh warga, pahlawan kebangsaan yang dianggap gila, mengobati setiap luka lama di rumah usang yang selalu tertutup dan tak pernah dikunjungi warga kampung. Menangkap maling yang meresahkan warga kampung, memburu hantu biduk yang mengedarkan narkoba sehingga mencemari warga kampung, dan terakhir menyusup ke markas pembunuh serta pengedar narkoba di kampug.

Akhirnya Hepi menemukan makna dendam yang telah mengakar pada dirinya selama ini. Diakhir petualannya bersama kedua sahabatnya di kampung, Hepi sadar bahwa dendam yang ada pada dirinya selama ini sebenarnya adalah sebuah kerinduan serta rasa takut jikalau ia akan ditinggalkan oleh ayahnya. Kampung tempatnya tinggal kini membuatnya banyak belajar akan kehidupan yang tidak akan ia dapatkan ketika ia berada di Jakarta. Hepi menyadari perkataan ayahnya “bahwa alam berkembang jadi guru” dan itu memang benar.

Semakin lama Hepi merasa semakin dekat dengan kampung Tanjung Durian, dengan kakek dan neneknya “Datuk dan Nenek Salisah, dengan kedua sahabatnya “Attar dan Zen”, dengan “Ibu Ibet” gurunya di sekolah, dan “Pendekar Ludo” yang menyimpan berbagai cerita dan tersembunyi dalam hidupnya yang menjadi guru lahir batinnya.

Cerita di atas adalah kilasan dari isi novel “Anak Rantau” cerita dari petualangan Hepi di kampung rantaunya, kampung ayahnya. Secara keseluruhan novel ini memiliki banyak makna yang dapat kita pelajari dan terapkan dalam kehidupan nyata, kisah petualangan yang dirangkai dengan kata-kata yang menarik membuat kita menikmati setiap bacaan dan merasa ikut terjun kedalam petualang tersebut.

Dalam novel ini juga kita dapat belajar mengenai adat serta budaya yang terdapat di Sumatera Barat dan sedikit mendapatkan kosa kata baru yaitu bahasa padang. Terutama tokoh Pendeka Ludo yang terdapat dalam novel, banyak pelajaran serta petuah-petuah yang ia berikan kepada Hepi yang dapat kita gunakan juga sebagai semangat dalam menjalani hari. Sosoknya yang misterius dan terkenal mistis di kalangan warga ternyata menyimpan banyak rahasia dalam hidupnya, cerita luka di masa lalu yang ia pendam sendiri selama bertahun-tahun lamanya, serta rumah yang tak pernah terjamah oleh warga. Pendeka Ludo juga menguasai silat dengan banyak jurus yang diajarkan pada Hepi, serta memiliki perpustakaan pribadi dalam rumahnya yang membuat mata Hepi berbinar-binar karena banyak buku baru yang tak ia dapatkan di perpustakaan sekolah dan saat di Jakarta. (Rahmi Firdausi/KIS)

The post Anak Rantau, Novel Sejuta Hikmah Karya A Fuadi appeared first on MalangTODAY.

http://bit.ly/2AX0gZP

0 comments:

Post a Comment