
MALANGTODAY.NET– Di masa sekarang ini, sulit sekali kita menemukan dan memaknai secara mendalam apa arti dari sebuah perjuangan. Banyak makna terselubung dalam kata peperangan, yang terkadang membuat kita bertanya-tanya lagi apa makna perjuangan yang sebenarnya.
Bisa saja berjuang melawan kebaikan atau berjuang karen keburukan, dalam wujud yang nyata atau hanya kita yang paham wujud dari perjuangan kita sendiri.
Dendam sendiri berarti berkeinginan keras untuk membalas kejahatan orang. Rasa dendam terhadap seseorang terkadang menimbulkan ambisi dalam diri kita sendiri, seperti berambisi untuk mengalahkan orang tersebut ataupun menunjukkan kepada orang tersebut bahwa kita bisa.
Kita sering sekali dibuat buta oleh rasa dendam itu sendiri, kebutaan akan hati dan pikiran, sehingga terkadang membuat kita lupa diri dan bisa saja melakukan suatu tindakan yang di luar batas kita.
Dikehidupan masyarakat rasa dendam bukan hal yang biasa kita dengar, di perkuliahan atau saat sekolahpun kita sering melihat teman kita yang saling memendam rasa benci dan tidak sedikit dari mereka merasa dendam dan berambisi untuk mengalahkannya.
Entah dengan cara apapun itu, tapi begitulah kenyataannya, karena sejatinya dendam itu penyakit hati yang sulit di sembuhkan.
Ada banyak penyebab yang membuat kita dendam dengan seseorang. Bisa karena orang itu telah menyakiti kita atau bisa juga karena rasa kecewa yang mendalam akan seseorang yang membuat kita mempunyai sifat dendam tersebut.
Kita harus mempelajari lebih dulu apa penyebab kita memiliki dendam akan seseorang. Barulah kita paham apakah sebenarnya kita dendam atau lainnya.
Berdamai dengan rasa dendam, bukanlah hal yang mudah. Sangat dan amat sulit sekali bagi kita berdamai dengan dendam itu sendiri. Maka dari itulah diperlukan perjuangan melawan rasa dendam yang tertanam di hati.
Perjuangan tidak asal berjuang, kita perlu tahu penyebabnya terlebih dahulu barulah kita cari cara apa yang akan kita gunakan untuk berjuang untuk melawan dendam itu sendiri.
Karena dendam sudah ternaman dan mengakar di hati, maka sangat sulit menyabutnya. Berdamailah dengan hatimu sendiri agar kau daoat menyabut rasa dendam mu itu. Hanya itu saja intinya, namun berdamai bukan hal yang mudah juga. Terlalu banyak rintangan untuk mencapai kedamaian itu sendiri.
Memaafkan diri sendiri, mungkin bisa menjadi jalan yang tepat untuk berdamai dengan hati dan berjuang melawan dendam. Lalu belajar memaafkan semua kesalahan orang pada kita, baik kesalahan kecil hingga kesalahan besar. Karena Tuhan saja maha memafkan, maka sebaiknya manusia yang diciptakannya pun harus belajar untuk memaafkan.
Terkadang rasa dendam itu bersamaan dengan marah, padahal siap tahu itu bukanlah rasa yang sebenarnya. Bisa jadi sebenarnya kita terlalu merindukan atau bahkan terlalu mencintai seseorang hingga kita susah membedakan mana marah dan mana sayang. Sehingga keduanya tercampur dan melebur sehingga membingungkan.
Dalam novel “Anak Rantau” kita dapat paham, bahwa dendam dapat memperkuat ambisi kita untuk membuktikan pada orang bahwa kita bisa. Perjuangan menahan amarah, kecewa dan rasa dendam bergejolak menjadi satu. Hingga suatu hari, setalah sekian lama kita memendam segala kebencian, marah, kecewa kita berpikir, apa penyebab dari semua ini? apa karena rasa rindu atau hati kita yang kotor.
“Sambil melihat biduk lalu lalang di antara keramba, dia lambat laun menemukan hujan tersembunyi di balik marah dan dendamnya. Dia syak wasangka pada dirinya sendiri. Jangan-jangan ini bukan masalah uang, bukan masalah dendam dan marah.”
Pada kutipan novel di atas, tokoh utama yang bernama hepi sedang merenung di tempat yang sangat nyaman baginya, ia berpikir apakah benar selama ini ia bekerja hanya untuk mencari uang? Hanya untuk membeli tiket pesawat tujua padang-jakarta? Hanya untuk mengabarkan pada ayahnya, bahawa anaknya telah berhasil pulang dengan uang yang ia kumpulkan tanpa bantuan dari ayahnya?
Ternyata setelah ia merenung begitu lama ia paham akan sesuatu, bahwa sebenarnya rasa dendam dan marah itu sendiri tercipta bukan karena ia di tinggal oleh ayahnya, meliankan karen ia rindu dengan ayahnya. Kini ia tahu, bahwa alasannya untuk pulang bukan membalas dendam terhadap ayahnya, melainkan untuk berjumpa dan melepas rindu dengan ayahnya.
Dari novel Anak Rantau kita diajarkan bahwa dendam tidak selalu hal buruk, melainkan dendam dapat menjadikan motivasi pada kita agar kita rajin. Mungkin itulah salah satu sisi positif dari dendam itu sendiri. Namun kembali lagi pada penyebabnya, jika dendam itu disebabkan oleh rindu maka hingga akhir perjuangan untuk membalas dendam itu pun positif.
“Bahkan kini dia tidak yakin akan benar-benar pulang ke Jakarta, kalau nanti uangnya terkumpul lagi untuk ketiga kalinya. Akan kikuk sekali rasanya untuk bilang selamat tinggal pada Nenek kesayangannya, pada Ibu Ibet, Kakek, dua kawannya yang kadang menyebalkan tapi seru, Puti yang menyenangkan dan sering membuat mukanya merah, dan Pendeka Luko, guru lahir batinnya. Rasanya hatinnya sudah lengket dengan kampung ini.”
Dalam kutipan novel di atas dapat dimaknai bahwa hepi tidak ingin pergi kembali ke Jakarta untuk membalas dendam serta melepas kerinduan kepada ayahnya. Alih-alih membalas dendam, hepi lebih memilih menuggu ayahnya pergi ke kampung dan mencarinya. Ia ingin tahu, apa yang ia inginkan dan apa keinginan ayahnya. Ia ingin tahu apakah ayahnya juga merindukannya.
Uang yang ia tabung selama ini ia simpan kembali, karena ia bingung kemana harus ia gunakan uang ini. Tapi ia bersyukur karena selama mencari uang ia bertemu dengan segelintir orang dan di temani oleh dua kawannya.
Coba kita renungkan bersama, apa sebenarnya hakikat membenci? Mengapa kita harus dendam sedangkan memaafkan jauh lebih baik? Mengapa sulit memaafkan kesalahan kecil sedangkan Tuhan mudah sekali memafkan dosa kita yang menggunung? Apa lebihnya kita sehingga kita mudah tersinggung dan marah? Siapa kita hingga kita berhak memvonis orang lain hanya karena kita memiliki rasa dendam padanya? Semua pertanyaan itu hanya kita yang tau jawabannya, dan hanya kita yang paham bagaimana harus menanggapinya.
Rahmi Firdausi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang
The post Novel Anak Rantau, Berjuang Untuk Damai dengan Rasa Dendam appeared first on MalangTODAY.
http://bit.ly/2SB2ntr
0 comments:
Post a Comment