
MALANGTODAY.NET – Seorang pengusaha sukses, Chairul Tanjung berbagi kisah suksesnya dalam acara Creativepreneur Corner 2019 di Harris Hotel and Convention Malang, Sabtu (25/1/2019). Pria yang akrab disapa CT itu berbagi pengalaman menangkap peluang akan kesuksesan.
Dirinya menyadari bahwa menjadi pengusaha memang butuh modal, tapi tidak melulu modal itu uang.
“Saya dulu juga tidak ada modal dari orangtua. Putri juga tidak saya beri modal, biar dia belajar sendiri,” ujarnya sebelum memulai cerita.
“Saat itu, saya diterima di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun 1981. Dulu waktu zaman saya kuliah, biayanya murah sekali. Satu semester hanya bayar Rp 22.500,” lanjutnya saat prolog cerita.
Namun, belakangan CEO CT Corp itu tahu bahwa uang yang digunakan membiayai kuliahnya itu adalah hasil dari menggadaikan kain halus milik Ibunya. “Sejak saat itu, saya tidak mau minta uang lagi kepada orangtua,” ujarnya.
Maka dia berusaha untuk mendapatkan uang dengan caranya sendiri. Kuliah pertama sudah dimulai. Saat dosen masuk kelas, para mahasiswa langsung diperintah untuk memiliki buku Asisten Praktikum.
“Saat itu, dosen adalah kaki tangan Tuhan. Artinya ucapannya semacam sabda pandhita ratu; harus dituruti,” jelasnya dibarengi dengan gelak tawa peserta talkshow.
Mau tidak mau, para mahasiswa pun menurutinya. Akhirnya, CT dan teman-teman yang lainnya menunaikan perintah dari dosennya. Mereka mendatangi tukang fotokopi. Namun, tidak berbuah manis.
“Karena mungkin tukang fotokopi itu koalisi dengan dosen, jadinya langsung diberi harga Rp 500,” kelakarnya. Peserta talkshow pun kembali tertawa.
Uang Rp 500 zaman dulu sudah banyak sekali. Akhirnya, CT teringat sosok bernama Arbi. Teman SMP-nya tersebut punya percetakan kecil-kecilan dari mesin pres.
“Loe bisa bantu gua, nggak? Ini ada buku. Kira-kira butuh 100 lah,” ucapnya dalam aksen Jakarta. Setelah melihat, Si Arbi menyetujui dengan harga Rp 150.
CT yang berhasil mendapat harga lebih murah dari tukang fotokopi, akhirnya balik ke kampus dan bilang ke teman-temannya.
“Siapa yang mau order ke saya dengan harga Rp 300? Orang gila mana yang tidak mau ikut order,” kelakarnya sambil tertawa.
“untunglah saya Rp 150 dari orderan buku itu; Rp 150 kali 100. Itulah Rp 15.000 pertama yang saya peroleh dengan cara yang halal dan buat diri saya confident,” ujarnya disambut riuh tepuk tangan.
Apa yang bisa dipetik dari sepenggal cerita Pak CT di atas? Bahwa beliau mampu melihat dan menangkap peluang dengan tepat.
“Karena ada buku praktikum, saya bawa ke teman yang punya percetakan, saya dapat harga murah, lalu saya jual lebih mahal, dan saya mendapat keuntungan. Itulah proses pertama melihat peluang,” jelasnya.
Dia melanjutkan bahwa modal yang digunakannya adalah networking. Dia berhasil menciptakan rupiah tanpa modal uang.
“Kalau saya waktu SMP dulu tidak punya teman; tidak baik sama teman, mau enggak dia (temannya) nolong saya. Jadi, teman adalah networking terbaik,” jelasnya.
Dia juga menambahkan berbaik-baiklah sama teman agar bisa mengambil manfaatnya. Kalau sudah demikian, maka kita akan dapat menangkap peluang-peluang yang lain. Pada akhirnya, kalau kita sudah piawai, maka peluang-peluang itu dapat kita ciptakan juga.
“Untuk itu, semoga kalian menjadi orang-orang yang sukses yang bisa menatap 10 sampai 201 tahun ke depan,” tutupnya. (BAS/HAM)
The post Ingin Sukses? Ini Pelajaran Peluang dari Si Anak Singkong appeared first on MalangTODAY.
http://bit.ly/2My8yMp
0 comments:
Post a Comment